DESTINY | Chapter 14

cover
Tittle : DESTINY (Chapter 14 )
Author : PJ
Cast :
• Sabrinna Aspinnal /Kim Hana (OC)
• Xi Luhan
• Byun Baekhyun
• Jung Eunji (Apink)
• And other cast
Lenght : Chapter
Rating : PG-17
Genre : Romance, school life, family, married life

 
NOTES : Anything that seems similiar to other stories is pure coinsidence. This story is purely my own idea and i do not own anything except for the OC and story. PLEASE DON’T PLAGIARIZE OR STEAL in anyway. Have fun reading and enjoy !

 

Chapter 13 : https://noonabyun.wordpress.com/2015/07/15/destiny-chapter-13/

 

 

HAPPY READING !!!

 

 

Destiny !! Chapter 14 !

 
At Seoul University

 

 

Hana berjalan memasuki kelas. Dia menaruh tasnya di belakang punggungnya di kursi sebelum dia mendudukkan dirinya pada salah satu kursi di sebelah pojok ruangan kelas itu. Dengan lesu dia menempelkan pipinya di meja dan sejenak memejamkan matanya. Entah apa yang di rasakannya di pagi itu. Sepertinya dia tidak punya tenaga sama sekali. Apa karena kejadian tadi malam yang sungguh menguras tenaga? Not to mention for her love vanilla sex.

Di ambang pintu terlihat seorang laki-laki jangkung dengan sepasang telinga lebarnya, berjalan memasuki ruangan kelas. Dia melihat kearah Hana, dan tersenyum padanya. Laki-laki itu kemudian menghampiri Hana yang sudah duduk seraya menempelkan pipinya di meja dengan mata terpejam, mungkin sudah terhanyut dalam alam mimpinya.

Laki-laki itu lantas duduk di kursi pinggir Hana dan ikut menempelkan pipinya di meja dengan arah bertatapan dengan Hana. Dia menatap wajah wanita itu dengan senyum melengkung di bibirnya. Laki-laki itu terus menatap dan mengamati setiap lekuk wajah yang ada di depannya. Ada rasa kagum dan senang yang melesak dalam dirinya saat melihat wajah sahabatnya itu sedekat itu. Sekilas dia melihat beberapa bekas keunguan yang melekat pada leher dan tulang selangka wanita itu saat tanpa sadar bagian itu terekspos dengan jelas. Dia sedikit menyingkirkan rambut Hana saat di rasa sedikit menghalangi pandangannya, dia menyibak dengan sangat halus untuk menegaskan penglihatannya, tanpa membangunkan wanita itu. Tapi sayangnya, wanita itu terlonjak kaget saat tangan besarnya menyentuh kulitnya. Hana segera membuka matanya lebar dan terkejut setelah melihat wajah seorang laki-laki tepat di depannya.

“Chanyeol? Sejak kapan kau sudah ada di sini?” tanya Hana langsung saat membuka matanya.

“Sejak setahun yang lalu,” jawab laki-laki itu, lalu tersenyum lebar, “Baru saja, Hana.”

“Uh –“

“Hickeys.”

“Apa?”

“Itu. Hickeys.” Sambil menunjuk memar keunguan pada lehernya. Hana segera menutupinya dengan rambutnya dan menegakkan tubuhnya kembali. Dia merasa sedikit malu. Sementara Chanyeol hanya tersenyum, “Siapa pria beruntung itu yang sudah menandaimu, Hana? Aku penasaran sekali. Apa dia setampan aku?”

“Hum.” Gumamnya pelan tanpa melihat kearahnya.

“Apa dia setinggi aku?” tanyanya tidak puas.

“Tidak, Yeol. Dia tidak setinggi dirimu. Tapi dia lebih imut darimu. Jika kau ingin tahu.”

Chanyeol berdecak sedikit kesal, “Ternyata sudah ada yang mengalahkanku selain anak orang kaya itu.”

Hana berdehem canggung, mendengar tentang sedikit persaingan yang terjadi pada mereka. “Chanyeol, kelas segera di mulai.” Kata Hana setelah melihat Profesor Kim memasuki ruangan kelas.

Chanyeol menoleh kearah pintu masuk, dia segera mengatur posisi duduknya, “Aku ingin bertemu dengannya.” Katanya dengan lirih.

“Apa?” tanya Hana dengan sedikit berbisik.

“Pria beruntung itu. Aku ingin bertemu dengannya, Hana.”

Hana menarik nafas dalam-dalam. Sebenarnya dia tidak ingin memberitahukan perihal hubungannya pada sahabatnya itu. Tapi melihat wajah Chanyeol yang terus saja menatapnya dengan tatapan memohon itu, Hana menyerah. “Fine. Kau akan bertemu dengannya. Hari ini.” Kata Hana dengan senyum sipitnya itu dan Chanyeol mengagggukkan kepalanya setuju.

***

At Baekhyun’s Cafe

“Ini…. tempatmu bekerja?” Chanyeol masih menjatuhkan rahangnya saat kakinya menginjakkan depan pintu Cafe itu. Bangunan Cafe ini benar-benar unik dan bersih. Chanyeol masih mengedarkan indranya ke segala sudut saat memasukinya.

“Cafe ini baru saja dibuka beberapa bulan yang lalu, tapi sudah mendatangkan banyak pelanggan,” Jelas Hana, “Duduklah. Aku akan menaruh tas dulu. Kau bisa mengambil satu meja. Jangan khawatir, aku yang mentraktirmu.”

Chanyeol masih saja terperanga pada dekorasi Cafe itu ketika Hana melenggang meninggalkannya sendiri. Hana terlihat memanggil Sojung – temannya, untuk menghampiri Chanyeol sebelum dia melangkah menuju ke ruang loker.

Tapi ada sosok seorang laki-laki, dari kejauhan yang masih menatapnya tajam penuh dengan rasa – yang tidak perlu di jelaskan. Terlihat laki-laki itu mulai meninggalkan tempatnya dan mengikuti Hana dari belakang. Yup –dialah si pemilik Cafe itu, Byun Baekhyun.

“Siapa dia?” tanya Baekhyun tegas, nadanya penuh cemburu.

“Teman, Baek.” Jawab Hana sambil menaruh tasnya ke dalam loker, dia mengambil apron dan memakainya.

“Teman, huh?” kata Baekhyun sambil melipat tangan di depan dadanya, memandang wanita itu dengan penuh cemburu.

“Yup, teman. Just a friend of mine, okay?” kata Hana sambil menutup loker itu. Dia berbalik memandang Baekhyun, “Baek –please. Dia ingin bertemu dengan tunanganku. Dan seingatku, tunanganku adalah dirimu.”

“Kenapa dia ingin bertemu denganku?” tanyanya lagi.

“Aku tidak tahu. Mungkin karena dia sebagai temanku dan kami sudah berteman sejak lama. Apa tidak boleh dia tahu siapa tunangan temannya?” Hana mengulurkan kedua tangannya, menangkup kedua pipi Baekhyun dan berkata, “Stop being jealous, okay? I still love you, the rest of my life.”

Baekhyun melunak,menganggukkan kepalanya pelan, “I have your words.” Kata Baekhyun kemudian,dia memegang kedua tangan Hana yang masih berada di pipinya. “I ‘m being jealous because of you, sweet heart.”

“Sebaiknya kita temui dia.” Kata Hana. “Kajja.” Hana menurunkan kedua tangannya dari wajah Baekhyun, meraih tangannya, menggandengnya dan membawanya keluar dari tempat itu menuju ke tempat di mana Chanyeol sedang menikmati minuman dan cemilannya.

“Chanyeol –ah!” teriak Hana langsung saat mereka berdua tiba di mana Chanyeol sedang menikmati minumannya, dan membuat laki-laki itu sedikit tersedak karena teriakannya itu.

“Hai Hana,” sapa Chanyeol, “Apa kau mulai bekerja?” tanyanya lagi saat dia melihat wanita itu sudah mengenakan apron pada tubuhnya.

“Hum.” Hana menganggguk

“Apa…..dia?” ekor mata Baekhyun berlari kearah Chanyeol, Baekhyun yang sedang berdiri di sisi Hana. Dan dengan idiotnya, Chanyeol malah menunjukkan deretan giginya dan senyum lebarnya pada laki-laki itu.

“Annyeong haseo. Namaku Chanyeol, Park Chanyeol. Aku teman Hana di Universitas. Aku tidak tahu kalau dia sudah mempunyai kekasih baru, dan menurutku kau adalah pria yang berun –“

Hana berdehem keras untuk memotong perkataan Chanyeol yang menurutnya tidak penting sama sekali. “Chanyeol, meet my jealous new boyfriend, Byun Baekhyun.” Canda Hana dan Baekhyun melihat kearah Hana dengan sebuah tatapan dead glare dan cemberut. Chanyeol buru-buru menyodorkan telapak tangannya ke arah Baekhyun. Sementara Baekhyun masih saja belum mengeluarkan kedua tangannya dari dalam sakunya. “Baek, be mature! Dia ingin berkenalan denganmu.”

Baekhyun akhirnya mengeluarkan tangannya dari dalam sakunya, tersenyum hambar dan membalas uluran tangan Chanyeol, kemudian iapun menganggukkan kepalanya pelan.

“Maaf, aku tidak bilang padamu dulu. Dia ingin menemuimu. Jadi…aku membawanya kemari.” Hana melirik Chanyeol menyesal karena sikap Baekhyun yang terlalu pencemburu itu. Dahi Baekhyun langsung berkerut, ia pun kembali memutar bola matanya ke arah laki-laki tinggi itu. Kenapa Park Chanyeol ini mau bertemu dengannya?

***

At Luhan’s House

“Kalian memang tidak becus. Menyingkirkan satu orang saja tidak bisa.”

Mata Luhan tergerak cepat saat ia mendengar suara ibunya yang sedikit keras itu dari arah dalam ruangan kerja. Luhan terkejut dan menghentikan langkahnya saat dia berada di ambang pintu ruangan itu. Luhan penasaran dengan pembicaraan itu, pembicaraan yang dilakukan oleh ibunya dengan kedua orang laki-laki yang menurut Luhan tidak pernah lihat sebelumnya. Apa mereka orang suruhan ibunya yang baru? Itulah perkiraan Luhan.

“Apa gunanya aku menyewa kalian,huh? Karena kupikir kalian profesional, karena kalian bisa melakukannya dengan sangat rapi dan –tentu saja sesuai dengan yang kuharapkan. Tapi, lihatlah sekarang! Apa hasilnya? Bahkan Tuan Han telah mengumumkan keberadaannya sekarang. Dan itu pertanda dia masih hidup sampai sekarang. Apa kalian mengerti?” terdengar nada yang keras dan penuh dengan kekecewaan keluar dari mulut wanita setengah itu. Sementara dua orang laki-laki yang bertampang sangar dan besar itu hanya menundukkan kepalanya karena takut akan kemarahan wanita setengan tua itu yang nota bene adalah Nyonya Han, ibu dari Luhan.

Lutut Luhan langsung melemas saat mendengar semua ucapan ibunya yang ditujukan pada laki-laki itu. Dia langsung menyimpulkan kalau ibunya telah melakukan sesuatu pada Hana.

Tadinya,Luhan hanya ingin menemui ibunya karena mengajaknya makan malam. Namun, ia justru melihat kejadian yang sedikit menumbuhkan kecurigaan dan penasaran pada dirinya.

“Kuberi kesempatan sekali lagi pada kalian. Jika kali ini gagal, kalian tahu apa yang terjadi selanjutnya pada kalian berdua, paham?” teriak Nyonya Han langsung pada kedua laki-laki itu, sementara mereka kemudian menganggukkan kepala dengan rasa takut.

Luhan mengepalkan tangannya dengan keras. Ia tahu arah pembicaraan ibunya padaa kedua orang itu. Dia tahu persis apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. “Berhenti menyakitinya, Eomma….”

Suara Luhan langsung mengalihkan perhaatian mereka bertiga. Yup, mereka melihat seorang laki-laki berambut kecoklatan berjalan memasuki ruangan itu dengan tatapan marah dan gusar, membuat Nyonya Han membelalakkan matanya lebar, terkejut karena kadatangan Luhan.

“Luhan….”

Luhan menatap lurus pada ibunya dengan tataapan benci –yang kini mulai sangsi untuk menyayangi ibunya dengan sepenuh hatinya.

“Luhan, ini salah paham, kau tahu…..” Luhan mundur satu langkah saat ibunya mulai mendekat ke arahnya. Ia tidak butuh penjelasan apapun. Tidak, ia tidak ingin mendengarnya.

“Kenapa Eomma melakukannya?” tanya Luhan dengan dingin.

“Luhan, bukan begitu. Aku tidak –“

“Kenapa Eomma melakukannya? Kenapa? Kau bahkan berhasil melenyapkan satu orang tak berdosa. Tidak cukupkah pengorbananku selama ini padamu, Eomma? Aku bahkan melakukan apapun yang kau suruh. Aku bahkan mengorbankan cintaku. Menikah dengan orang lain yang tidak aku sukai. Itu juga kau yang memintanya.”

“Luhan….”

“Kau kejam! Kau ibu yang kejam, Nyonya Han!” pekik Luhan tidak terima.

“Luhan hentikan!” teriak Nyonya Han tidak sabar.

“Kau tidak punya hati, Eomma. AKU MEMBENCIMU!!”

Nyonya Han langsung menampar pipi Luhan dengan keras sampai pipinya memerah. Dia tidak tahu apa yang membuatnya harus menampar Luhan seperti itu. Bukankah apa yang dikatakan Luhan adalah benar? Dia telah mengorbankan apapun, termasuk cintanya pada Hana. Tapi ternyata ibunya telah melakukan hal yang negatif terhadap wanita itu, dan tentu saja Luhan menjadi sangat marah.

“Aku menyayangimu, Luhan.”

“Tidak, Eomma.” Luhan mencoba melihat kearah ibunya lagi. “Kau tidak menyayangiku, dan aku bahkan membencimu!”

Nyonya Han kembali menampar pipi Luhan lagi. “Kau tahu? Eomma melakukannya untukmu, Luhan!” teriak Nyonya Han.

“Aku tidak butuh kau melakukan itu untukku. Aku tidak ingin Eomma melakukan hal-hal yang membahayakan orang lain, apalagi mengorbankan nyawa seseorang. Apa Eomma tidak mengerti itu?” pekik Luhan pada ibunya. Ia bersiap untuk meninggalkan ruangan itu. Tapi tangan wanita itu segera meraih pergelangan tangan Luhan untuk menghentikan langkahnya sehingga membuatnya membalikkan tubuhnya.

“Luhan! Eomma bisa menjelaskan hal itu.” Kata Nyonya Han dengan tatapan memelas, sedangkan Luhan memberinya tatapan datar dan dingin. Luhan memegang tangan ibunya dari pergelangan tangannya dan melepasnya.

“Aku membencimu.” Kata Luhan sebelum dia beranjak dari tempat itu.

Dia berjalan tergesa-gesa menuju kamarnya, dia membuka kasar pintu kamar itu hingga membuat seorang yeoja yang sedang membaca buku di atas tempat tidur itu terkejut, dan mengalihkan perhatianna dari buku yang di pegangnya ke arah pintu kamar itu.

“Luhan, ada apa?” tanya gadis itu penasaran setelah melihat Luhan masuk kedalam. Luhan tidak menjawab, atau merespon. Dia hanya berjalan menuju nakas dekat tempat tidur itu. Dia meraih kunci mobil yang ada di atasnya dan menyambar mantel yang tergeletak di atas sofa, berjalan keluar tanpa sepatah katapun keluar dari mulutnya.

***

At Baekhyun’s Cafe

Kepala Baekhyun langsung terangkat saat seseorang mengetuk pintu, kemudian menampakkan sosok wanita yang tidak asing di matanya. Saat itu Baekhyun sedang memeriksa sesuatu di komputernya di atas meja kerjanya. Dan ketika melihat wajah sosok wanita itu, senyum Baekhyun langsung mengembang. Iapun buru-buru berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri wanita itu. Wanita itu sedang membawa secangkir minuman di tangannya. Mereka langsung berjalan menuju sofa panjang yang ada di dalam ruangan itu.

“Hai.” Sapa Baekhyun sambil menerima cangkir yang di sodorkan oleh wanita itu. Hana, wanita itu tersenyum manis padanya.

“Sebentar lagi aku akan pulang.” Kata Hana

“Temani aku sebentar di sini.” Sergah Baekhyun dengan cepat saat dia tahu wanita itu akan meninggalkannya.

Hana mendengus pelan. Iapun menyerah dan langsung duduk di samping Baekhyun. Tadinya dia akan langsung pulang setelah menengok keadaan Baekhyun sebentar setelah seharian merasa sedikit marah dan cemburu. Tapi dia tidak punya pilihan lain selain menenangkannya terlebih dahulu.

“Apa kau capek?” tanya Baekhyun, dan Hana menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

“Kesinilah,” sambil menepuk-nepuk pahanya memberi isyarat untuk duduk di pangkuannya, “Duduklah di sini.”

Hana hanya memutar bola matanya malas, “Kenapa aku harus duduk di situ jika di sini ada ruang kosong, Baek?”

“Aku akan memijitmu.” Tawarnya

“Tidak usah.” Jawab Hana singkat.

“Ayolah.” Tanpa pikir panjang, Baekhyun menarik tangan Hana dengan sekali sentakan membuat tubuhnya terjatuh di atas pangkuannya, Hana segera membenarkan posisi duduknya. Baekhyun menyeringai.

Hana memukul pelan pada dadanya saat dia tahu di balik senyuman itu dia telah membohonginya. Dia tidak akan memijitnya seperti yang telah dia katakan tadi. “Aku hanya ingin menciummu, Hana.” Kata Baekhyun masih dengan seringaiannya.

Hana cemberut, tapi paling tidak dia merasa lega karena Baekhyun tidak cemburu lagi. “Kenapa kau tidak katakan dari tadi? Aku akan memberikannya.”

“Aku tidak hanya ingin menciummu,” katanya lagi, tangannya menyibak lembut rambut yang ada di wajah Hana, “Aku hanya ingin mencumbuimu.” Lanjutnya.

Hana mencebikkan bibirnya dan memutar bola matanya malas. Baekhyun mulai lagi. Dia benar-benar tidak bisa menahan hormonnya saat bertemu dengan wanita itu. “Apa tadi malam tidak merasa puas, huh?”

“Tentu saja?” jawabnya

Hana tersenyum kecil mendengar jawaban Baekhyun. Ada rasa sesuatu yang tidak bisa di gambarkan yang telah melilit dadanya. “Aku ingin bersamamu setiap saat, Hana. Aku benar-benar ingin tahu apa yang kau rasakan semalam. Apa kau juga merasa senang sesenang diriku?”

“Tentu saja, Baek.”

“Hana –“

Hana menoleh saat Baekhyun memanggilnya, kemudian Baekhyun langsung mengecup bibir Hana, membuatnya harus mencerna perlakuan Baekhyun yang tiba-tiba itu. Baekhyun melumat bibir wanita itu lamat-lamat,membuat Hana akhirnya larut dan membalas ciuman Baekhyun.

Hana dapat merasakan Baekhyun tersenyum di sela-sela ciumannya. It’s sweet, really. Hana dapat merasakan sensasi aneh yang membuat dirinya bahagia. Ini bukan pertama kalinya Baekhyun menciumnya seperti ini – tapi ini berbeda, Hana mulai merasakan getaran-getaran aneh di dadanya yang menunjukkan perasaan bahagia, dan Hana sangat menikmati itu. Apa wanita ini benar-benar mulai jatuh cinta pada laki-laki ini? Bukan mulai, melainkan memang jatuh cinta pada laki-laki ini.

Baekhyun semakin mendesak tubuh Hana dan semakin memperdalam ciumannya. Baekhyun menjamah bibir Hana tanpa ada sesentipun yang terlewatkan. Dan Baekhyun langsung melesakkan lidahnya kedalam mulut Hana saat gigitan kecilnya berhasil membuat bibir Hana sedikit terbuka.Baekhyun semakin leluasa melanjutkan ciuman panasnya saat tangan Hana sudah melingkar di leher Baekhyun, membuat mereka harus menggerakkan kepala mereka ke kanan atau ke kiri untuk mendapatkan pasokan oksigen di sela-sela ciuman mereka.

Setelah beberapa menit, Baekhyun melepas tautan bibirnya dan memandang manik mata wanita yang ada di depannya, melempar senyuman padanya sebelum akhirnya dia benar-benar melumat bibir pink itu lagi. Tapi Hana tiba-tiba memutus ciuman mereka saat dia merasakan suatu getaran dalam sakunya.

Ponsel Hana dalam sakunya tiba-tiba bergetar. Dia mengambilnya. Anehnya dia merasa tangannya bergetar dan jantungnya berdetak lebih cepat saat dia melihat nama pemanggil yang terlihat pada layar ponsel.

“Lu…..”

Luhan? Kenapa dia menelponku?

“Telepon dari siapa?” suara Baekhyun terdengar di telinga Hana, membuat dia terkesiap.

“Tidak tahu,” bohongnya, “Sepertinya seseorang menelponku. Mungkin suatu hal yang penting.” Jawabnya sedikit gugup. Dia memang tidak pandai berbohong.

“Apa aku mengenalnya?” tanya Baekhyun yang masih menaruh sedikit kecurigaan.

Hana tidak menjawabnya malah balik bertanya, “Apa aku boleh menjawabnya?” tanya Hana dengan sedikit ragu. ‘Ayolah, Baek. Ijinkan aku mengangkatnya.’ “ – Please?” pinta Hana dengan wajah yang memelas.

Baekhyun masih menatap Hana penasaran walau pada akhirnya dia menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Hana bernafas lega, dia menarik nafas dalam-dalam, sebelum dia benar-benar menekan tombol hijau pada layar ponselnya.

“Yeoboseo?”

“Hana –ssi?” terdengar suara samar-samar, hampir tidak terdengar karena suara dentuman musik yang cukup keras. Wanita itu memejamkan matanya untuk mencoba mengerti setiap kata karena suara berisik itu. Walaupun suasana sepi di cafe itu namun itu tidak membantu sama sekali.

“Siapa ini? Aku tidak bisa mendengarnya.” Tanya Hana, dia tahu nama pemanggil itu adalah Luhan, tapi dia ragu karena suara yang tidak familiar di dengarnya.

“Hana –ssi?” ulang suara di sebrang sana. “Bisa anda datang ke Club? Luhan di sini, dia sedang mabuk. Bisa anda membawanya dari sini?” jelas suara laki-laki di sebrang sana . Hana terkejut mendengar penjelasan dari suara itu dan meresponnya dengan ‘oh’ pada mulutnya. Ternyata yang menelponnya benar-benar bukan Luhan melainkan seseorang yang menggunakan ponsel Luhan. Laki-laki itu ternyata pergi ke Club dan akhirnya mabuk. “Hana –ssi, apa kau masih di sana?”

Hana terkesiap dari lamunannya, “Uh –ah, nde, aku segera ke sana.” Jawab wanita itu.

Hana turun dari pangkuan Baekhyun dan memasukkan ponselnya lagi ke dalam sakunya. “Aku harus pergi, Baek.”

“Kemana? Pulang?” tanya Baekhyun, sambil memautkan bibirnya cemberut dan sedikit kesal, dia benar-benar sedang berada di atas awan sampai akhirnya Hana sedang menghempaskannya lagi ke bumi.

“Ada sesuatu yang harus ku kerjakan,” jelas Hana, Hana mengecup bibir Baekhyun dengan lembut, “See you later, Baek. I love you.” Hana bergerak meninggalkan Baekhyun yang masih terpaku di tempat duduknya dengan raut muka yang sedih.

“I love you too, Hana.” Balasnya, dan akhirnya dia menyunggingkan senyum di sudut bibirnya.

***

Setelah beberapa menit taksi menelusuri jalan menuju sebuah club di kota Seoul, akhirnya menepi dan berhenti di depan sebuah club malam yang terkenal di Seoul. Hana membuka pintu mobil itu sebelum dia membayar beberapa uang pada sopir taksi itu. Dia segera turun dari taksi itu dan berjalan menuju tempat tersebut. Wanita itu tidak yakin ingin memasuki tempat itu karena tidak pernah mengunjungi tempat-tempat seperti itu, walau jangan di lupakan pada kehidupannya saat dia masih tinggal di Inggris dulu. Dia sudah melupakan tempat-tempat seperti itu.

Hana berjalan mendekati counter bar, melihat sekeliling untuk menemukan seseorang untuk memberitahu keberadaan Luhan sekarang. Tapi tidak seorangpun yang menghampirinya, Hana hanya melihat banyak laki-laki yang sedang mengitari meja atau counter bar dengan gelas di tangan mereka. Wanita itu masih saja menelisikkan pandangannya, ke segala sudut tempat itu, sampai akhirnya ada seorang laki-laki bertubuh tinggi melihat ke arahnya, berteriak dan menunjuk padanya untuk mendekat, membuat Hana sedikit terkejut.

“Yah! Kau!” teriak laki-laki itu pada Hana dengan cepat menghampirinya. Hana menarik nafas dalam-dalam, tiba-tiba merasa takut karena di kelilingi banyak orang asing.

“Aku mencari Luhan.” Kata Hana pada laki-laki tinggi itu setelah berdiri beberapa langkah darinya.

Laki-laki itu mengusap peluh di dahinya. “Akhirnya! Bawa dia pergi dari sini sebelum si Boss menendangnnya keluar.”

“Akhirnya.” Ulang Hana dalam hati dengan rasa senang. Dia tidak yakin mendengar kalimat selanjutnya yang di katakan oleh laki-laki tinggi itu tapi beberapa saat kemudian laki-laki itu berbalik kearahnya lagi memberi tanda agar Hana mengikutinya. Wanita itu mengikutinya dari belakang, dan bertanya, “Di mana dia?”

“Di ruang belakang,” laki-laki itu memberinya sebuah tatapan. “Dia beruntung hari ini, karena ini shifku. Jika aku tidak ada di sini, mungkin dia sudah di lempar keluar.” Jelasnya. “Oya, aku Sehun, temannya.” Sambil mengulurkan tanganya pada Hana.

Hana masih ragu untuk menerima uluran tangan laki-laki itu, dia hanya memandang tangan laki-laki itu, ‘kenapa di kesempatan ini laki-laki ini masih saja bisa mengambil kesempatan untuk berkenalan dengan seseorang?’ Tapi beberapa detik selanjutnya dia menyambut uluran tangannya, dan menyapanya. “Hai, nice to meet you.”

“Apa kau istrinya Luhan?” tanya Sehun sambil menunjukkan jari telunjuknya pada sebuah sofa, terlihat seorang laki-laki sedang tergeletak di atas sofa di sana. “Dia di sana.”

Hana terbatuk sedikit mendengar pertanyaan laki-laki itu, tapi dia segera mengalihkan perhatiannya pada sosok laki-laki yang sedang tergeletak di sofa, dan menghampirinya.

“Apa kau istrinya?” tanya laki-laki itu lagi. Hana menolehkan kepalanya, dan hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. “Jadi kau siapa?” tanya laki-laki itu lagi.

“Aku kakaknya.” Jawab Hana. Dia berjongkok untuk melihat keadaan Luhan.

“Aku tidak mendengar dia memiliki kakak perempuan.” Kata Sehun tidak percaya.

“Aku tahu.” Jawab Hana singkat, masih membenahi baju Luhan yang sedikit berantakan.

“Kau tahu –apa? Apa maksudnya?”

“Aku tahu semua orang pasti akan berkata seperti itu. Sudahlah, jangan bertanya lagi. Bisakah kau mengangkatnya untukku sampai keluar?”

“Maaf. Bukannya aku tidak mau, tapi aku harus kembali bekerja. Apa kau tidak punya seseorang untuk menolongmu? Seorang teman lagi, mungkin.” Jelasnya dengan wajah yang sedikit menyesal.

“Oh –baiklah. Aku akan menelpon seseorang untuk datang kemari. Terima kasih telah mengurusnya hari ini. Maaf telah merepotkanmu.”

“Tidak masalah. Jadi –aku akan kembali bekerja lagi,” kata Sehun, “Dan juga, nice to meet you too, Noona.” Pamitnya dengan di iringi sedikit senyuman ringan. Hana membalasnya dengan tersenyum kikuk dan melihatnya meninggalkan dia sendiri dengan Luhan yang sedang mabuk berat.

Luhan benar-benar mabuk

Hatinya merasa terpukul sekarang, melihat sosok laki-laki di hadapannya tidak berdaya. Apa yang terjadi dengannya? Dia tidak mengerti sama sekali. Tidak ada kata yang bisa mendiskripsikannya sekarang. Saat melihat dia tergeletak tak berdaya diatas sofa dengan tangan tergulai ke bawah dan di seketarnya terdapat beberapa botol beer kosong yang tergeletak. Hana tahu Luhan bukanlah pemabuk berat, dia bahkan tidak bisa menghabiskan satu botol beer. Wanita itu lebih khawatir melihatnya setengah mati karena terlalu banyak minum alkohol. Dia terlihat seperti setengah mati ketimbang mabuk.

Hana bergerak mendekat pada sofa, dia sedikit menahan nafasnya karena mencium bau alkohol yang sangat menyengat menguar dari tubuh Luhan. Wanita itu sedikit menggoyang-goyangkan tubuh laki-laki itu. Dia mengerang dan membalikkan wajahnya dan mengarah pada Hana. Luhan menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya dengan kasar, seolah-olah dia tidak memiliki kesempatan untuk bernafas untuk beberapa manit. Alisnya menaut, seolah-olah telah memiliki sebuah mimpi yang buruk. Hana menyibak dengan lembut rambut yang terjatuh di matanya.

Untuk pertama kali dia melihat Luhan yang tertidur seperti itu di depan wajahnya. Bulu matanya yang panjang membuat sepasang mata itu terlihat indah bagaikan mata seorang gadis. Dengan paras yang cantik tapi terlihat jantan bersamaan, walau dia akan marah saat seseorang mengatakan wajahnya cantik. Dia lebih suka di bilang seorang laki-laki yang gentle ketimbang laki-laki yang memiliki paras cantik. Untuk beberapa saat dia beralih melihat bibir pinknya yang lembut, yang membuatnya sedikit ingin mencoba merasakannya lagi. Tapi segera dia menggeleng-gelengkan kepalanya untuk mengusir pikiran itu, ‘itu tidak akan terjadi, aku sudah milik Baekhyun’.

Hana sedikit tersenyum pada dirinya sendiri, mendesah dengan pasrah. Seberapa banyak dia harus menderita karenaku? Apa dia mabuk karenaku atau karena masalah yang lain? Tapi itu adalah salahnya sendiri kenapa dia begitu pengecut.

Hana mendesah lagi, dia sadar dia harus membawanya keluar dari tempat itu. Dia tidak tahu apa yang harus di lakukannya, sebelum akhirnya dia mengeluarkan ponselnya dari dalam sakunya. “Apa yang harus kulakukan sekarang? Aku tidak bisa membawanya keluar seorang diri. Apa aku harus menelpon Baekhyun? Tidak – tidak. Dia pasti akan marah besar. Tapi siapa? Chanyeol? Ya –dia opsi terakhirku.” Segera dia menekan kontak pada ponselnya, dan menelpon Chanyeol untuk membantunya.

Terdengar nada menunggu di sebrang sana, “Ayolah, Chan. Angkat telponnya.” Gerutunya cemas sambil mengetuk-ngetukkan jarinya di atas pahanya. Beberapa saat kemudian seseorang menjawab panggilannya.

“Yeoboseo.” Terdengar suara berat yang menjawabnya.

“Chanyeol?”

“Hana, ada apa?” tanyanya di sebrang sana.

“Datanglah ke Club sekarang.” Suruh Hana dengan segera.

“What? Ke Club? Yah! Apa yang kau lakukan di sana? Apa kau sedang clubbing?” tanya laki-laki itu tidak sabar.

“Yah! Cepatlah kemari sebentar! Nanti kujelaskan. Hurry up! Ini darurat, Chan. Please –“ Hana memohon.

“Oke –oke. Aku akan ke sana secepatnya. Tetaplah di situ.” Jawab Chanyeol, dan Hana mengakhiri sambungannya itu. Dia bernafas lega.

“Sebentar lagi kita pulang, Luhan.” Gumamnya pelan

 
TBC

 
*Falls down to the ground – smacks my head against the dirt and bows down to you.*

IAM SORRY GUYS FOR LEAVING YOU ALL FOR SO LONG. AND NOW HERE IAM WITH NEW CHAPTER. BECAUSE OF THE RESULT OF THE PREVIOUS CHAPTER, I’ M BEING LAZY TO WRITING THIS STUFF. I hope you will like the new chapter and your RCL would be VERY MUCH APRECIATED (it’s the only reason why i keep writing this actualy). AGAIN ! RCL kalian adalah nafas buat author ………THANK YOU, I LOVE YOU !! ❤ ❤ ❤


17 thoughts on “DESTINY | Chapter 14

  1. Kenapa Nyonya Han jahat banget? Emang hal apa yang terbaik buat Luhan?
    Uhuuu Baek Hyun protektif bgt, ngelebihin Sehun yaaa 😀
    *toel toel
    Ehh iya itu si Baek Hyun kenal yaa sama Chan Yeol ceritanya? Tapi si chanyeol pura pura gak kenal. Atau apa?

    Like

  2. ibunya luhan emang jahat banget, mungkin dia merasa terancam keberadaannya karena hana muncul(ceritanya 🙂 ), dan si baek tuh nggak kenal chanyeol tapi dia nggak suka aja ama dia karena si baek tahu kalo si chan tuh suka ama hana (cos dia kan bisa baca pikiran orang, ceritanya 🙂 ) gitu…. thanks ya udah baca 🙂

    Like

  3. Baekhyun posesif banget, kenapa nyonya han jadi jahat gitu dan chanyeol tegar banget meskipun dia suka sama hana dan dia ta kalo hana udah punya dia mau ketemu sama baekhyun

    Like

  4. gamau tau pokonya hana takdirnya buat baekhyun doang titik :v bagus thor ffnya ending sesuai judul kan? destiny? ya baekhyun-hana❤ cepet lanjutin yaa thor xD

    Like

Leave a comment