The Marriage Life Of Mr Byun Baekhyun|Chapter 5b

mlomb1_2

Tittle : THE MARRIAGE LIFE OF MR BYUN BAEKHYUN (Chap 5b)
Author : PJ
Cast :
• You (OC)
• Byun Baekhyun
• Xi Luhan
• Park Chanyeol
• and other member of EXO
Rate : M
Length : Chapter
Genre : Romance , comedy

Greeting !! Hello guys i’m back again. STILL, dengan hasil translitanku dari fanfic favorite ku ‘ The Marriage Life Of Mr Byun by sundaysundaes ‘. Walaupun tidak se bagus aslinya, tapi tetep saja telah menguras otakku sangat keras, dan semoga kalian bisa menikmatinya, ya..walaupun agak berantakan bahasanya,just keep reading guys, dan jangan lupa like and comentnya, Oya ,kau bisa cek Original storynya di sini,

Link : https://www.asianfanfics.com/story/view/426081/5/the-marriage-life-of-mr-byun-romance-you-exo-luhan-humor-baekhyun-chanyeol
Previous :https://noonabyun.wordpress.com/2015/12/09/the-marriage-life-of-mr-byun-baekhyun-chapter-5a/

 

HAPPY READING !!

Chapter 5b!

Crossing The Boundaries

Hubunganmu dengan Baekhyun hanya sesimpel merumitkan. Bagi Baekhyun, kau hanya seorang gadis yang bisa bermain dengannya tanpa harus setuju dengan drama-drama dan konflik-konflik di pagi harinya. Dan kau hanya berpikir hal yang sama dengannya. Well, paling tidak, lagi pula kau memang seharusnya, karena sebulan telah berlalu tanpa kau sadari betapa waktu tiba-tiba membuat hubunganmu lebih banyak berharga dari itu.

Setelah kau mengetahui bahwa kau memiliki ketertarikan yang sama dalam film-film (kalian berdua berpikir permulaan adalah brilian, dan juga berpikir bahwa Twilight seharusnya di larang karena begitu menyebalkan). Kau sebenarnya terikat dalam cara berteman itu yang tidak seharusnya. Kadang, ketika semua orang dalam sebut saja –‘gang’ mu telah pergi menuju kelasnya masing-masing, kau dan Baekhyun tinggal dan memutuskan untuk membolos pada kelasmu yang selanjutnya untuk pergi ke cinema terdekat untuk melihat film action terbaru dan mendebatkannya kemudian. Lalu kau mengetahui bahwa kalian berdua memiliki selera yang sama pada musik juga. Kau suka menghabiskan weekendmu mendengarkan lagu terbaru dari Maroon 5 yang diputar di stereo dan Baekhyun juga, yang menjelaskan kenapa hari-hari terakhir ini kau tetap pergi ke toko musik yang berbeda dengan laki-laki bereyeliner itu dan berbagi earphone dengannya saat kau mengecek single terbaru dari album baru Jamiriquai.

Dimulai dengan hal-hal yang sesimpel itu dan kau tidak menyadari seberapa banyak kau sangat menikmati kebersamaannya, suaranya yang kadang –parau –kadang –menyebalkan – memikat, mulutnya yang cerewet, bahkan cara kalian berdua bercekcok satu sama lain setelah 10 menit bicara dengan normal.

Hari ini adalah hari kamis, dan itu hanya berarti bebas dari jadwal bagimu. Tidak ada kelas, tidak ada latihan dance. Tidak ada aktivitas ekstrakurikuler, kau sebebas seekor burung. Jadi walaupun kau tahu Baekhyun juga libur, kau tidak ingin menelponnya atau melihatnya. Well sebenarnya, tapi kau bisa bayangkan bagaimana Baekhyun akan jadi seperti, “Aww, ini hari liburmu dan kau ingin menghabiskannya denganku? Kau rindu padaku, kan? Apa kau rindu padaku seperti orang yang tenggelam yang kehilangan udara? Apa kau membutuhkanku seperti anak kecil yang membutuhkan ibunya? Apa kau menginginkanku seperti Juliet menginginkan Romeonya?”

Kau hanya tidak menginginkan itu.

Jadi kau pilih pilihan terbaik selanjutnya(kau ingin muntah pada dirimu sendiri di saat kau sadar kau baru saja memanggil Baekhyun : ‘pilihan terbaik pertamamu’), dan memutuskan untuk pergi hang out dengan teman gadismu. Chanyeol sedang memiliki kelas yang padat jadwal hari itu jadi kalian berdua akan bebas melakukan shopping tanpa seorang laki-laki berambut poodle yang menyeramkan bersama mengikutimu di belakang.

Kau periksa jam tanganmu, menunjukkan jam 2 sore dan kau berasumsi bahwa temanmu masih dalam pertengahan kelas biolanya(seperti Baekhyun, dia mayor di kelas musik, tapi dengan biola sebagai alat utamanya). Mungkin kau bisa saja pergi dan menjemputnya setelah kelas.

Jadi kau pergi ke S.M University’s Faculty of Arts, dan langsung menuju ke Departemen Music. Gedung yang memiliki 5 lantai dan setiap ruangan luas dan tertutup dengan warna putih. Kau tidak tahu dimana kelasnya jadi kau hanya menelusuri koridor utama dan mengintip setiap pintu untuk melihat dia berada. Kau bisa saja bertanya pada seseorang, tentu saja, tapi kau ingin melakukannya sendiri karena lagi pula kau meiliki banyak waktu. Dan well, kau tidak pernah berada di Departemen Musik jadinya menarikmu untuk lebih mengenal mengetahui tentangnya.

Kau bergumam pada suara-suara murid-murid yang latihan di dalam studio musik saat kau melewatinya satu per satu. Kadang kau bisa mendengar suara melankolis dari cello, nada lembut yang menghangatkan hati dari gitar akustik, dan suara detakan cepat dari timpani. Kau hanya menyukai bagaimana semua suara-suara itu hanya bercampur jadi satu dan menciptakan musik mereka sendiri dalam kepalamu.

Dan kemudian kau menghentikan langkahmu saat kau mendengar sebuah suara lembut –yang benar-benar berasal dari piano –mengalir dari dalam ruangan yang hanya ada pada pojokan tersembunyi dari koridor. Studio terlihat tua, tidak terawat dan berdebu jika kau bandingkan pada studio sebelumnya yang baru saja kau lihat, tapi kau berjalan mendekat padanya dan meyakinkan bahwa suara piano nitu benar-benar berasal dari tempat itu.

Kau mengintip melalui jendela dan kau lihat seorang laki-laki, dengan punggung yang menghadap pintu, memainkan sebuah piano besar sendirian di dalam studio yang tidak sebesar yang lainnya. Kau tidak bisa melihat wajahnya tapi kau bisa membayangkan bagaimana ekspresi nya sekarang ini, karena emosinya mengalir melalui permainannya sejelas air. Lagu yang dia mainkan romantis dan lembut di telingamu. Sebenarnya tidak menyedihkan, walaupun terlihat sedikit terlalu rentan dan rapuh, dan saat kau memejamkan matamu, kau bisa membayangkan laki-laki itu menempatkan sebuah senyuman pahit manis pada wajahnya saat dia memainkan lagu itu.

Kemudian lagu itu berhenti secara tiba-tiba, diikuti sebuah erangan rendah, frustrasi yang terdengar familiar –hampir begitu familiar –bagimu dan kau baru mengetahui siapa pria itu.

Tanpa meminta ijin atau bahkan mengetuk sekali pada pintu, kau masuk ke dalam ruangan.

“Itu tidaklah jelek sekali, Baek,” katamu dan laki-laki tersebut terlonjak sedikit pada duduknya. Dia langsung menengok melalui bahunya dan matanya terpancar dengan terkejut saat dia melihat kau melihat padanya dengan sebuah senyuman.

“Oh, kau rupanya. Kukira kau seorang stalker.” Katanya,mendesah dengan lega sebelum dia mengirimmu seringaian luar biasanya, “Pada pikiran kedua, mungkin kau memang.”

Godaan semacam itu tidak memberimu banyak respon lagi. “Kudengar kau bermain,” jelasmu, “Dan sebnayak aku mengakuinya, kau benar-benar sangat bagus.”

“Yeah, well….” Baekhyun berbalik lagi duduk dengan benar, menghadap piano lagi. “Jika ada satu hal yang baik tentang Byun Baekhyun –lain dari betapa bagus dia di ranjang, jelas –betapa bagus dia bermain piano.”

“Sombong sekali?” tanyamu. “Walaupun kau mengacaukan sebagian.”

“Sebenarnya aku tidak mengacaukan.” Responnya,mencondong ke depan untuk meraih beberapa kertas putih dengan nada-nada piano yang tertulis pada seluruh permukaannya. “Lagunya hany belum selesai.”

“Selesai?” ulangmu, menaikkan sebuah alismu. “Kau menulis itu sendiri?”

“Yep,” kata Baekhyun, mendesah di saat dia melihat bagian lagu yang belum bisa dia temukan. “Aku seharusnya menciptakan sebuah lagu untuk konser ballroom tahun ini dan aku lagi setengah perjalanan di sana tapi aku hanya….tersendat.”

“Hmm…” kau berjalan mendekat dan berada di tempat duduknya, duduk di sampingnya dengan tangan-tanganmu di atas kunci-kunci piano dan tidak menggerakkannya bahkan di saat Baekhyun berteriak, “Hey, siapa yang mengijinkanmu untuk duduk denganku?!” kau menekan jari-jarimu pada kunci-kunci dan tidak seperti Baekhyun, kau hanya membuat suara yang jelek berasal dari piano hitam besar, kuno, jadi kau hanya menarik jari-jarimu kembali dan berhenti mencoba.

“Aku tidak tahu apapun tentang menciptakan –sendiri,” katamu, sedikit cekikikan saat kau melanjtkan, “Aku seharusnya mengatur musikku sendiri untuk koreo danceku dan aku bahkan tidak mencoba menyetujuinya karena aku buruk dalam membaca nada-nada musik, membiarkan kertas-kertas musik itu dan merubahnya sebebas yang aku mau.”

“Well, kau juga buruk dalam banyak hal, tapi okay mungkin kau lebih buruk dalam ini.” Baekhyun hanya tersenyum. Kau melempar tatapan padanya. “Sudah kau pikirkan lagu macam apa yang ingin kau tarikan?”

“Oh, aku punya lagu itu dalam kepalaku,” jawabmu, kembali tersenyum. “Semacam drama, lagu yang slow, dan mungkin sedikit melankolis. Dalam kepalku, aku bisa menggambarkan suara piano memainkan korus-korus mayor, dan aku bisa menggumamkan melodi, tapi aku tidak bisa menterjemahkannya ke dalam kertas.”

“Hmm….” Baekhyun menelusurkan jari-jari panjangnya pada kunci-kunci piano. “Bisa kau mainkan sekarang? Dengan piano, maksudku.”

“No, no,no, no, no.” Kau mengangkat tanganmu ke atas, menggelengkan kepalamu dengan keras. “Aku tidak bisa bermain piano, tidak sekarang tidak akan, walaupun aku ingin.”

“Kenapa?” Baekhyun sedikit tertawa.

“Aku memiliki pengalaman memalukan yang melibatkan piano dan laki-laki tua berumur 50 tahun,” jawabmu, sedikit meringis.

“Boleh tahu apa yang terjadi?”

“Tidak.”

Baekhyun menahan tawa.

Kau membenturkan bahumu pada miliknya dengan ceria sebelum kau mengklaim, “Omong-omong, studio ini mengerikan. Ada banyak debu di mana-mana dan aku yakin piano ini berumur sekitar seribu tahun. Kenapa kau kesini?”

Kali ini, dia cekikikan. “Yeah, well, aku tahu studio ini parah, karena itulah tidak seorangpun yang datang untuk bermain di sini lagi. Tapi aku suka di sini. Membuatku merasa terisi.” Dia letakkan senyum simpel pada wajahnya saat dia berkata, “Kau tahu, sebenarnya ini adalah tempat favoritku di dunia. Aku hanya bisa di sini berjam-jam dan tidak seorangpun yang perduli, dan sehingga aku bisa sendirian dengan pikiran-pikiranku. Aku selalu datang kemari di saat aku merasa sedih dan well, tempat ini, dan piano ini selalu membuatku mempersingkat pikiran-pikiranku. Itu tidak masuk akal tapi kau mengerti aku, kan?”

“Oh, aku mengerti.” Kau mengangguk mengerti, sebelum kau mengiriminya senyum yang menggoda. “Aku juga tahu bahwa kau baru saja mengatakan sebuah rahasia tentang dirimu yang orang lain tidak tahu kecuali aku. Apa aku benar, Mr Byun?”

“Ap –“ Baekhyun sebenarnya merona saat itu. Dia berdehem dan dia mencoba untuk berbohong, “Kau salah. Semua orang tahu tentang ini. Kukatakan informasi semacam ini pada semua orang di kampus.”

“Tentu saja ~” kau bernyanyi dan memijit pangkal hidungnya.

Dia menepis tanganmu dan menggerutu dengan keras, “Oh diamlah.”

“Bisa kau ceritakan lagi tentang lagumu?” pintamu setelah dia selesai menyodok sisi perutmu. “Terdengar indah. Tentang apa?”

Baekhyun mendesah. “Tentang cinta, seperti lagu-lagu lainnya di dunia.”

“Ha ha, sudah kuduga.” Kau tersenyum mengejek. “Biar kutebak, kau menulis lagu tentang seorang pria yang jatuh cinta terlalu dalam dengan seorang gadis dan bagaimana dia ingin menghabiskan hidupnya bersama dengannya, dan betapa cantiknya dia, yada yada yada dan omong kosong yang cheesy lainnya karena kau norak dan cengeng seperti itu.”

“Sebenarnnya,” Baekhyun berkata, memicingkan matanya padamu. “Bukan tentang itu sama sekali,” dia mengacak kertas-kertas musiknya dan kemudian memberikannya padamu. “Ini, bacalah liriknya.”

Eternally lost,” dengan hati-hati kau membaca judulnya dengan keras sebelum meletakkan pandangan mengerti pada wajahnya. “Hmm, pretty emo shit you pulled here, Baek.”

“Shut up and just read more,” dia balas berteriak.

“Okay, okay.” Kau mulai membaca setiap kata pada lagunya yang belum lengkap. Matamu menelusuri kembali ke atas untuk membaca kembali berulang-ulang setelah kau selesai tadi, kemudian, kau berkata, “Wow, ini semacam ….sedih,” jujur kau tidak bisa mengatakan lebih dari itu. “Bisa kau mainkan untukku? Mungkin aku bisa, kau tahu, merasakan lagi lagu itu saat kau mainkan.”

Baekhyun sedikit ragu, sebelum akhirnya dia menjawab, “Okay, tentu saja. Hanya jangan tetawa. Ini belum diperbaiki.” Dia menghela nafas perlahan dan kemudian memejamkan matanya saat dia memainkan nada pertama, nada kreativ yang lembut, melankolis.

Gone….long...” suara Baekhyun jatuh kedalam lagu dalam cara yang tidak pernah kau dengar dia sebelumnya. “I got it bad when she was right there but she’s long…gone.” kemudian dia bernyanyi dalam sebuah bisikan. “Not even thinking of me.

Kau merasa merinding mulai merayapi kulitmu. Ini adalah pertama kali kau pernah mendengarnya bernyanyi, dan wow, dia terdengar merdu(indah)

I …keep….” dia meneruskan suara melodisnya. “Looking around but nothing like i shouldn’t, i can’t …sleep.” dia kadang-kadang membuka matanya untuk melihat pada jari-jarinya yang bergerak dan kau mengagumi profil sampingnya dari tempat kau duduk. “Cause she’s not even thinking of me, not even thinking of me.

Dia menambah takanan lagi saat dia mencapai bridge dari lagunya,menaikkan nada. “All this time her space is all gone. I’ve been stuck inside this wall zone for a long time….battling my mind….

I’m eternally lost….” dia melakukan sedikit improvisasi sebelum dia meneruskan, “I’m feeling like i lost my mind. Without your love…i knew i get left behind.” Suaranya jatuh kedalam nada lebih rendah saat dia menyanyikan bagian selanjutnya. “And all i do is waste my time. I’m stuck between your world and mine. I’m eternally lost, lost and all alone…”

Kemudian dia mengalihkan pandangannya dan mengunci matanya dengan milikmu saat dia dengan lembut menyanyikan kata-kata terakhir, “And it’s your love that lead me on.

Kau secara harfiah hanya berhenti bernafas.

Saat Baekhyun bertanya padamu, “Bagaimana?” kau hanya tidak bisa memberi sebuah jawaban yang baik dari pada itu, “Oh …uhm… itu….” karena jantungmu berdetak sangat cepat yang kau mulai berpikir mungkin kau memiliki serangan jantung. Kau menarik nafas dalam-dalam untuk menenangkan dirimu dan mencoba untuk menghiraukan fakta bahwa kau bisa mendengar detak jantungmu sendiri berdetak begitu keras di telingamu. “Itu bagus.” Kau akhirnya berkata tanpa menatap matanya.

Bagus?” ulang Baekhyun. “Itu saja?”

Kau mengangguk karena kau benar-benar tidak bisa mengatakan sesuatu yang koherensiv sekarang, mengingat kenyataan bahwa pikiranmu tidak bekerja dengan baik dan semua yang bisa kau pikirkan sekarang adalah betapa indah dan romantis dan lembut dan rentan Baekhyun terlihat saat ini. Kau tidak berpikir kata-kata itu akan cocok padanya sebelum kau mendengarnya bernyanyi, karena Baekhyun adalah smacam laki-laki yang selalu seksi, memikat, bergairah. Dia tidak pernah muncul seperti ini –atau paling tidak, kau tidak pernah melihat sisi ini pada dia sebelumnya.

Ini seperti kau melihat dia untuk pertama kali lagi.

Dan ini menakutkanmu. Kenyataan bahwa Baekhyun bisa membawa begitu banyak emosi berputar-putar dalam kepalamu sekarang adalah menakutkan.

Kau tidak seharusnya merasakan beberapa dari ini.

“Aku…” kau berdehem dengan keras saat kau berdiri dari tempat duduk. “Kurasa aku akan pergi. Aku, uhh…aku ada sesuatu yang harus kukerjakan.”

Kau tidak melihat ekspresinya karena kau tidak memiliki keberanian untuk melihat padanya melalui matanya, tapi kau merasakan ketegangan mulai terbangun antara kalian berdua. “Well, uhh… i’ll see you later, Baek,” katamu saat kau berjalan dengan sedikit gugup pada langkah kakimu.

“Hey, tunggu.” Panggil Baekhyun dengan tegas, meraih pergelangan tanganmu dan memaksamu untuk melihatnya. “Kau baik-baik saja?”

“Aku baik-baik saja,” katamu, kau melihat pada pintu dari pada melihat dia. “Aku hanya ingat aku harus melakukan sesuatu, itu saja. Lepaskan aku.”

Dia mengabaikanmu dan berdiri dengan kasar, “Lihatlah aku saat kau bicara.” Suruhnya.

Kau menoleh untuk menghadap padanya tapi matamu benar-benar tidak melihat padanya. Kau letakkan tanganmu pada pegangannya yang kuat. “Baekhyun, lepaskan aku.”

Dia melepas tangannya tapi hanya untuk menangkup pipimu dengan kedua tangannya. “Hey.” Katanya, tidak lebih dari sebuah bisikan. “Are you okay?”

Kau akhirnya memandang tepat pada matanya dan kau takut dia bisa melihat apa yang kau rasakan di dalam. Kau tidak tahu apa yang sebenarnya dia lihat dalam matamu, tapi disaat kau menaruh pandanganmu padanya, dia mencium bibirmu keras dan memaksa, menamparmu terbangun dari apa yang baru saja terjadi untuk menyadari bahwa pria ini benar-benar Baekhyun. Semua gairah dan gerakan-gerakan kasar dan sikap-sikap dorongan –nafsu yang diteriakkan aku bukanlah semacam pria yang harus kau cintai. Dan kau merengek dalam mulutmu, agak menjadi lega karena kau hampir kehilangan dirimu tadi.

“Aku tahu.” Baekhyun terengah-engah dalam bibirmu sesaat setelah dia memutus ciuman. “Aku tahu bagaimana orang-orang berpikir aku benar-benar begitu seksi saat memainkan piano.” Dia menyeringai dan mengangkat tubuhmu dengan gerakan cepat dan meletakkanmu di atas pada permukaan dingin piano. Dia menekan tubuhmu kebawah sampai kau terbaring diatas instrumen itu, semua engahan-engahan, menuntut, dan siap baginya untuk dialami. “Dan kelihatannya kau begitu juga.”

Sekilas senyuman menggodanya menenangkanmu, membawamu kembali pada situasi yang familiar. “Kata siapa?” tanyamu, menjawab dengan sebuah seringaian yang sama.

Dia hanya tersenyum lebih lebar. “Aku hanya tahu, sweet heart.”

***

Setelah kejadian itu, kau coba untuk tetap profesional pada hubunganmu –well, seprofesional menjadi teman sex. Kalian berdua mencoba untuk mematuhi aturan dasar lebih baik, yang berarti tidak ada pembicaraan, tidak saling ramah satu sama lain, dan seks, seks, seks yang lebih tanpa arti. Semua berjalan dengan baik, dan hampir kembali normal.

Sampai malam itu terjadi.

Hujan turun lebih lebat dari yang pernah terjadi sejak tahun lalu. Kau bisa merasakan kulitmu meremang dengan bulu kudumu saat kau melihat kilatan guntur membelah gelapnya langit. Badai keras dan dingin, membuat jendelamu rusak setiap sekarang dan kemudian. Ini tidak hanya hampir jam 7 malam, tapi langit mulai begitu gelap dan menakutkan. Siapapun yang berpikiran lurus akan memutuskan hanya tinggal di dalam Dorm. Mungkin menuangkan coklat panas bagi mereka untuk menghangatkan mereka.

Kau baru saja selesai mandi air hangat saat kau mendengar suara ketukan pada pintumu. Dengan terkejut, kau putuskan untuk membungkus tubuhmu dengan bathrobe dan mengikat talinya pada pinggangmu sehingga tidak akan terjatuh dari tubuhmu. “Masuk!” katamu, meraih handuk putih untuk mengeringkan rambutmu saat kau berjalan menuju pintu.

Pada ketukan ke lima, kau membuka pintu, hanya menemukan Byun Baekhyun yang berdiri di depan dengan kepalanya yang menunduk rendah. Kau menganga saat kau melihat dia basah kuyup dari kepala sampai ujung kaki karena hujan. Dia mendongak untuk melihatmu saat kau menggumamkan namanya dengan terkejut, dan kau melihat eyelinernya yang mulai luntur, meninggalkan sebuah noda di sekitar mata sipitnya.

“Bisa aku masuk?” tanyanya, suaranya lembut dan parau, seolah-olah dia habis berteriak non-stop berhari-hari.

“T –tentu.” Kau membiarkan dia masuk dan melihat bagaimana dia terhuyung dari samping ke samping, terlihat begitu tidak stabil saat dia melepas bootnya yang basah. “Apa yang terjadi padamu?”

“Banyak hal,” racaunya, tersenyum tapi sebentar. Dia bersandar pada dinding dan memejamkan matanya, sebelum akhirnya dia menolehkan kepalanya untuk melihatmu.

Diluar dari semua hal yang kau pikirkan yang dia ingin katakan, dia putuskan untuk bersuara(berbicara), “Kau terlihat cantik.”

Itu melepaskan pelindungmu dan mungkin membuat jantungmu berdetak cepat (sedikit secara harfiah), tapi kau menyadari ada sesuatu yang terjadi pada dirinya. kau melangkah mendekat dan menatap dalam ke dalam matanya. Kau bisa mengatakan bagaimana matanya sedikit merah dan tidak fokus, seolah-olah dia habis menangis dan minum secara bersamaan, “Apa kau mabuk?”

“Tidak.” Baekhyun menggelengkan kepalanya pelan, seperti seorang anak laki-laki yang dimarahi oleh ibunya.

Kau menghirup aromanya dan mengerutkan wajahmu saat kau mendapat tanda alkohol darinya, “Kau habis minum, itu pasti.”

Dia tertawa kecil, “Mungkin.”

“Unbelievable.” Kau berkacak pinggang. “Apa yang Luhan lakukan padamu kali ini?”

“Tidak ada, aku hanya….” kemudian tiba-tiba, sesuatu yang terlintas dalam matanya, mengingatkan dia tentang sesuatu sampai lututnya melemas dan dia terjatuh perlahan di lantai.

“Whoa!” kau coba untuk meraih satu tangannya dan membuatnya berdiri tapi dia sedikit terlalu berat bagimu jadi kau biarkan dia duduk di atas lantaimu. “A –apa yang terjadi?”

Baekhyun tidak menawari penjelasan lagi dari pada, “Sakit kepala.” Kau tahu ada sesuatu yang dia sembunyikan, jadi kau menunggu. Dia menundukkan kepalanya dan membiarkan keheningan menjawab selebihnya. Kau hanya menunggu dan menunggu hingga dia berbisik, “Aku kedinginan.”

“Oh! Uhm…” kau sedikit ragu-ragu, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Kemudian kau meraih kedua tangannya dan menariknya berdiri. “Ayo, lepaskan dulu pakaianmu yang basah.”

Baekhyun mengikutinya dengan patuh, tidak seperti dirinya sama sekali. Dia hanya berdiri di depanmu dengan kepalanya yang menunduk rendah, dan tetesan-tetesan air terjatuh dari dagunya. Saat kau mulai melepas jaketnya, kau bisa merasakan tubuhnya yang demam karena kedinginan.

“Oh God, kau demam!” kau gunakan handuk yang membungkus rambutmu sebelumnya untuk mengeringkan rambutnya kembali. “Kau tahu? Kau terlihat seperti seekor anjing yang basah,” kau coba untuk bercanda tapi kelihatannya dia tidak senang. Jadi kemudian, kau bertanya, “Apa yang tadi kau lakukan?”

Baekhyun sedikit bersin, sambil menjawab, “Hanya ….. berjalan-jalan di bawah hujan.”

“Okay.” Kau ingin memutar bola matamu pada jawabannya yang biasa. “Dan kenapa kau hanya berjalan-jalan di bawah hujan, jika boleh tahu?”

Hening, kemudian. “Karena aku manusia menyebalkan.”

Kau berhenti bergerak sesaat sebelum kau mendesah dan berpikir pada dirimu sendiri, bagus, dia cengeng dan melankolis, yang mengatakan –sesuatu yang –menjadi –tipe pikiran dari mabuk.

“Okay, Baek, dengarkan aku,” katamu, menampar pipinya dengan lembut dengan kedua tanganmu sebelum memaksanya untuk melihat padamu. Yep, mata sedih, dramatis itu, baik-baik saja, “Kau manusia yang menyebalkan, tapi aku tidak mau kau merasa seperti itu malam ini. Kau dengar aku? Jadi kumohon dan hangatkan saja dirimu dengan selimut atau apa. Aku tidak ingin kau mati kedinginan.”

Baekhyun menganggukkan kepalanya dengan pelan.

“Okay, good boy.” Kau mendorongnya pada tempat tidurmu dan melepas jeansnya sampai dia hanya meninggalkan boxernya –thank God, paling tidak itu cukup kering untuk di pakai. Laki-laki itu naik ke atas tempat tidur tanpa membuat begitu banyak suara dan merebahkan kepalanya di atas bantal favoritmu. Kau menutupinya dengan bedcover berwarna peach halusmu dan memukul keras poninya dari matanya. Dia melihat padamu dengan mata setengah mengantuk dan bersandar lebih dekat pada sentuhanmu.

Jika dia tidak seberantakan sekarang ini, kau pasti akan tertawa pada bagaimana dia terlihat saat ini: semua kegemasan dan manis dan inosen tersembunyi dibalik selimut pinkmu.

Kau tersenyum dengan meyakinkan dan berkata, “Aku akan pergi untuk mencari beberapa pakaian, okay? Tunggu saja dan –“

Baekhyun memegang tanganmu saat kau akan beranjak. “Jangan pergi.”

Kau menahan sebuah tawa. “Aku hanya akan pergi sebentar, Baek,” God, kenapa dia menjadi begitu menggemaskan sekarang ini?

“Tidak.” Dia menggelengkan kepalanya dan menggenggam tanganmu lebih kuat. “Tinggallah.”

“Baekhyun, kau akan kedinginan –“

“Aku baik-baik saja. Tinggallah.” Kau menyadari bahkan saat dia mabuk dan tidak menjadi dirinya sendiri, dia masih selalu menuntut.

“Baiklah, okay, aku akan tinggal. Aish.” Kau merangkak di sampingnya, masih memakai bathrobe, dan menarik bedcover menutupi tubuhmu juga. Kau bisa merasakan betapa dinginnya kakinya saat bersentuhan pada kakimu. “Apa kau masih dingin?”

“Sedikit,” jawabnya, menggeser tubuhnya kesamping sehingga dia bisa melihatmu, “Kemarilah.” Dia memberi gestur dengan tangannya padamu untuk lebih mendekat.

“A –apa?” tiba-tiba, kau merasa sangat malu(canggung) dan pipimu mulai memanas dan kau tahu itu tidak ada hubungannya dengan selimut.

Baekhyun tidak menjawab tapi hanya menarikmu ke dalam pelukannya, jadi sekarang kau sedang terbaring diatas tempat tidur dengan satu lengannya di bawah kepalamu dan tangan lainnya melingkar pada pinggangmu. Kau tidak pernah berpikir bahwa suatu hari kau akan berbaring pada tempat tidurmu, berpelukan dalam cara paling inosen dengan Mr Byun Baekhyun.

“Aku baik-baik saja sekarang.” Dia mendesah dengan lembut dan memejamkan matanya. Dia tetap diam, bernafas dengan teratur dan menjadi tidak bergerak secara jauh, sementara kau mematung ditempat, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Kau tersenyum dengan lembut, berpikir, jika dia tidak sedang mabuk, dia sudah akan berteriak ‘Boundaries(batas-batas)! Boundaries! Ingat aturan dasar!’ sekarang.

“Apa kau akan menjelaskannya sekarang?” tanyamu dalam sebuah bisikan lembut. Dia hanya kembali bergumam dan kau membuat tujuan lebih jelas. “Tentang apa yang baru saja terjadi, maksudku. Kenapa kau datang kemari basah kuyup seperti ini, Baek?”

Nafas hangat Baekhyun terjatuh pada kulit lehermu dan ini menggelitikimu sedikit saat dia bicara. “Aku baru kembali dari Rumah Sakit saat mulai hujan, dan aku tidak membawa payung.”

“Rumah Sakit?” kau menautkan alismu dan menggeser tubuhmu berputar sampai kau berbaring miring, menghadap padanya. “Kenapa kau ke sana?”

Baekhyun membuka matanya dengan pelan dan melihat padamu dengan tatapan lembut, menghentikan –jantung yang membuat perutmu jungkir balik. Dia menarik tangannya yang sebelumnya melingkar pada pinggangmu, dan membiarkan jari-jarinya menelusuri kulit pipimu. “Tao sakit, jadi aku pergi untuk melihatnya,” katanya, matanya sayu saat dia menerima tanda kehalusan kulitmu dan warna merah –cherry bibirmu. Kau merona pada cara dia memandangmu, membuat merasa seperti kau adalah orang yang paling cantik di matanya.

“Siapa Tao?” kau sulit mencoba untuk tetap berbicara dengan cara Baekhyun menyentuhmu seperti ini.

“Saudara tiriku.” Tangan Baekhyun meraih anak rambutmu dan meyelipkannya di belakang telingamu. “Dia satu-satunya keluarga yang kumiliki.”

Cara Baekhyun mengatakan kalimat terakhirnya bagaimanapun memilukan hati dalam cara teraneh mungkin. Karena itu adalah pertama kali kau mendengar nama Tao tapi kau merasa kau mengenalnya baik cukup untuk mengerti berapa banyak dia berarti bagi Baekhyun hanya dengan mengatakan kalimat satu itu.

Suaramu melembut saat kau bertanya lebih detail. “Apa yang terjadi pada keluargamu?”

Baekhyun memejamkan matanya lagi dan hanya memegang tanganmu. “Hancur.” Katanya.

“Hancur bagaimana?”

“Sebuah perceraian.” Suara Baekhyun meracau dan tidak jelas tapi kau coba untuk tetap membuka talingamu lebar. “Pernikahan yang lain terjadi. Aku terlepas dan ….” Dia terlihat seperti dia merasakan sakit saat itu. Alis-alis matanya menaut, dan matanya terpejam dengan paksa seolah-olah dia mencoba untuk mengingat sesuatu tapi dia menyadari setengahnya disana, itu sesuatu yang tidak seharusnya dia ingat kembali. “Tao, dia…aku menyakitinya tapi dia tetap kembali dan aku –“

“Hey, hey,” kau menenangkannya, meletakkan satu tangan yang nyaman pada pipinya. “It’s okay, kau tidak harus menjelaskannya padaku sekarang.”

Baekhyun membuka matanya kembali dan menenangkan nafasnya yang bergetar, “Tao sakit.”

Kau merasa menyesal padanya. Ini pertama kalinya bagimu melihat Baekhyun seperti ini. Semuanya rentan dan lemah. “Ada apa dengannya?” kau bertanya dengan pelan.

“Aku tidak tahu.” Baekhyun menggelengkan kepalanya lemah. “Mereka tidak akan membiarkanku untuk melihatnya.”

Kau ingin bertanya apa yang dia maksud dengan ‘mereka’ tapi saat Baekhyun bersandar lebih dekat untuk mencuri sebuah kecupan kecil pada bibirmu, kau hanya sepenuhnya lupa tentang hal itu.

“Boleh bertanya sesuatu?” tiba-tiba Baekhyun bertanya, hembusan udara dari nafas hangatnya mengenai tepat pada bibirmu. Kau merasakan sebuah tangan yang lebih besar berusaha meraih milikmu setelah kau menganggukkan kepalamu. “Apa kau pernah kehilangan….seseorang?”

Kau tidak yakin apa yang dia maksud dengan kata ‘kehilangan’, tapi tepat sesaat dia mengatakannya, kau memikirkan Kris dan kedua orang tuamu yang meninggalkanmu tanpa ijin.

Kau bergeser kebawah sedikit untuk meletakkan kepalamu pada salah satu bahunya. “Beberapa kali.”

“Benarkah?” responnya sedikit.

Kau mengangguk sekali, “Lebih pendeknya, aku kehilangan ibuku saat aku baru menginjak umur 5 tahun, dan 2 tahun kemudian, ayahku meninggalkan aku untuk tinggal dengan beberapa gadis yang baru dan aku harus tinggal dengan pamanku yang menjadi seorang pemabuk setiap kali. Kemudian bertemu Kris. Tapi seperti yang bisa kau lihat, dia meninggalkanku untuk bea siswanya dan sekarang aku tinggal sendirian, denganmu. Mungkin aku tidak begitu layak bagi mereka. Mungkin karena itulah dengan mudahnya aku tergantikan dari orang-orang yang paling kucintai.”

Dia menggenggam tanganmu lebih erat seolah-olah menunjukkan simpati. “I ‘m sorry.”

“For what?” tanyamu. “Jika tentang keluargaku dan Kris, kau tidak perlu –“

“Karena menyakitimu,” katanya lagi, kali ini dia duduk jadi dia bisa melihatmu dengan baik, mengunci matanya dengan milikmu. “Aku minta maaf telah memperlakukanmu seperti ini saat kau telah melalui banyak, aku –“

“Hey, hey,” kau memarahi, sedikit sedih karena kau tidak suka mendapatkan simpati dari orang lain. “Stop it, okay? Kau bukanlah dirimu sekarang ini. Jadi berhentilah mengatakan sesuatu yang bahkan kau tidak sungguh –“

Baekhyun memotongmu dengan sebuah ciuman pada bibir.

Dia telah melakukan itu beberapa kali sebelumnya, sebuah cara inovativ dan efisien untuk membuatmu terdiam setiap kali kau ingin menceritakan padanya sebuah cerita tentang kehidupanmu atau menanyakan sesuatu yang pribadi tentangnya. Tapi saat dia melakukannya, selalu keras dan kasar. Bentrokan gigi, gigitan bibir dan segalanya, yang sering kali berakhir dengan berhubungan seks seperti binatang di atas tempat tidurmu.

Walaupun kali ini, ini berbeda.

Kali ini, dia tidak menciummu untuk membuatmu diam.

Dia menciummu karena dia ingin.

Ciuman yang lembut dan pelan, seperti yang kau lihat di akhir film romantis, dimana tokoh pria akhirnya bersama dengan tokoh perempuan. Itu tidaklah tergesa-gesa, dan tidak ada tekanan dalam ciuman ini. Dia hanya menekan bibirnya pada milikmu dalam cara terlembut mungkin. Kau telah berhubungan seks dengan Baekhyun begitu berkali-kali mengetahui bahwa lembut bukanlah salah satu dari sifatnya, jadi ini mengejutkanmu dia benar-benar bisa melakukan ini.

“I’m sorry,” Baekhyun berbisik lagi, secara pelan, sambil tidak membiarkan bibirmu pindah darinya. Sentuhannya lembut dan begitu, begitu halus saat dia membelai wajahmu dengan jari-jari panjangnya dan kau mendesah ke dalam sentuhannya.

Dia melepasmu hanya untuk beberapa saat sebelum dia menarikmu kembali ke dalam pelukannya dan meletakkan satu tangannya di bawah kepalamu untuk menstabilkanmu saat dia membuka bibirmu dan mendesah ke dalam mulutmu.

Kau tidak harus berpikir dua kali tentang apa yang dia akan lakukan denganmu kapanpun dia menciummu dengan begitu banyak gairah seperti itu. Jadi pada akhirnya, kau hanya membiarkan dirinya melakukan apa yang terbaik yang dia ketahui dan hanya terbaring di atas tempat tidur. Pada beberapa tujuan, kau ingin bertanya ‘bukankah kau terlalu mabuk untuk ini?’, tapi kau menyadari betapa intens dan stabil tatapannya, jadi kau putuskan untuk meletakkan pertanyaan itu sekarang.

Merangkak diatasmu, Baekhyun meletakkan kedua tangannya pada setiap sisi kepalamu untuk menopang tubuhnya, tidak ingin menindihmu dengan berat badannya. Kau mulai mengeluarkan sebuah erangan rendah saat dia menggigit bibir bawahmu, bagian yang dia tahu kau sangat menyukainya. Kau melarikan tanganmu pada rambutnya dan kau hnaya akan menariknya kebawah lebih lama dan menekan tubuhmu bersama saat Baekhyun tiba-tiba saja berhenti dan mundur.

“Tunggu,” dia bernafas dengan berat. Bibirnya membengkak merah dan matanya yang dilingkari eyeliner setengah tertutup. Kau bisa melihat betapa gelap dan intens tatapan matanya, jadi itu pasti sedikit penting baginya untuk menghentikanmu dalam panasnya momen seperti ini.

“Apa?” ini hampir muncul sebagai sebuah rengekan putus asa tapi kau dengan sukses menutupinya pada detik terakhir.

Baekhyun membungkuk untuk menciummu lagi, hanya selembut apa yang dia lakukan sebelumnya.

Saat dia memutus ciuman, dia melihat dengan dalam kedalam matamu dan menyentuh sisi wajahmu dengan jari-jarinya, “Aku ingin pelan kali ini.” Katanya.

Kau ingin tertawa karena kau mengerti dengan jelas bahwa Baekhyun adalah apapun kecuali pelan saat berhubungan seks. Tapi bahkan di saat kau mencoba untuk tidak mempercayai kata-katanya, kau hanya tidak bisa menghindari mempercayai kebenaran di balik matanya.

Dia memandangmu dalam cara hanya satu orang yang pernah lakukan padamu sebelumnya, dan pria itu adalah orang yang kau cintai dan orang yang kau klaim mencintaimu.

Jadi kenapa Baekhyun memandangmu seperti itu sekarang?

Saat kau lumpuh karena memikirkannya terlalu banyak, Baekhyun mengambil kesempatan untuk mencium rahangmu dan melarikan tangannya pada tali bathrobemu. Dia mengekspos kulit di balik kain dalam sebuah kecepatan yang menyiksa dan kau hanya ingin protes tentang bagaimana dia sedang mengambil cara ini yang jelas-jelas bukan barangnya, tapi kau hanya berakhir merengek saat dia menurunkan kepalanya dan menebarkan ciuman-ciuman kupu-kupu pada perutmu.

Kau mendesah dengan penuh kepuasan saat nafas hangatnya menyerempet kulit sensitiv di sekitar tulang pinggulmu dan terlonjak kaget saat dia dengan tiba-tiba menenggelamkan taring-taringnya yang runcing tepat diatasnya.

Baekhyun kelihatannya menyadari ini dan menarik kembali kepalanya,
Sorry,” katanya, mata penyesalan tapi ada sebuah tanda godaan tersembunyi pada sudut, “kebiasaan, kurasa.”

“Baekhyun, apa yang kau lakukan?” tanyamu, mencoba untuk mengucapkan kata-kata itu dengan baik tanpa harus melenguh karena Baekhyun sekarang sedang menggigit pada tempat yang memar.

Dia tidak menjawab, tapi dia menurunkan tubuhmu sampai dia duduk diantara kedua kakimu, “Biar kau kuperlakukan lebih baik kali ini,” kata Baekhyun, tidak lebih dari sebuah bisikan, saat dia mengangkat salah satu kakimu diatas pundaknya dan menolehkan wajahnya kekiri untuk mencium area kecil, sensitiv di balik lututmu. “Let me treat you right”. Dia menggerakkan bibirnya lebih jauh keatas, kadang-kadang menggigit semacam daging empuk dengan lidahnya, sebelum akhirnya dia menetap pada kulit paha terdalammu.

Baekhyun –“ kau memutus dirimu sendiri saat dia melarikan matanya kembali padamu. Ada sesuatu yang begitu, begitu seksi yang tidak bisa disangkal dalam cara Baekhyun menandaimu pada spot favoritnya sambil dia tetap memandangmu. Seolah-olah dia sedang mencoba untuk menyembunyikanmu dari dunia, memesanmu hanya untuk dirinya sendiri.

Dia mendengus rendah saat dia memejamkan matanya dan menghisap kulit itu lebih keras, membuatnya membengkak dan merah, dan kau tidak bisa merasakan kakimu saat itu. Dia menelusurkan tangan lainnya untuk menurunkan celana dalammu dan dia melepasmu sesaat untuk melempar kain itu dari tempat tidur.

“Kemarilah,” katamu, mengisyaratkannya dengan tanganmu untuk datang mendekat. “Baek, cepatlah, please.”

“Aku tidak menggesakan ini.” Katanya, dengan tegas, tapi membungkuk pada perintahmu. Dia merangkak kembali diatasmu dan saat kau dengan cepat berjuang meletakkan satu tangan pada bagian rendah tubuhnya, dia mengusutkan jari-jarinya dengan milikmu dan membawa tanganmu diatas kepalamu. Posisi dominasi ini darinya terlihat begitu familiar bagimu tapi tidak merasa sedikit sama, “Ayo kita lakukan ini dengan cara berbeda.”

“Berbeda bagaimana –“ bola matamu hampir keluar saat dia melarikan jari-jarinya turun dan menyentuhmu di sana.

Baek –“ kau tiba-tiba saja terengah-engah. Dadamu naik turun saat dia menyenangkanmu dalam cara yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya. Sebelum ini, itu hanya sederhana, dan interaksi seksual tipikal no –string –attacked dengan tidak ada niat untuk saling menyenangkan satu sama lain selain hanya, well, saling menyetubuhi. Walaupun ini bukanlah pertama kali dia melakukan ini padamu, kau tahu bagaimana dia sungguh ingin membuatmu merasa baik kali ini. Sebelum ini, dia melakukannya hanya untuk keuntungannya sendiri. Juga untuk menggodamu jadi dia bisa melihatmu memohon, atau untuk memperlihatkan(menunjukkan)mu bahwa dia bukanlah orang yang hanya bisa kau suruh. Tapi sekarang, dia mencoba untuk benar-benar menyenangkanmu dan kau hanya tidak bisa mengerti kenapa dia ingin melakukan itu.

Baekhyun menirukan tindakanmu, bernafas keras saat jari-jarinya melakukan Tuhan –tahu –apa pada bagian lebih rendahmu. Kau pernah memimpikan ini sekali, tentang bagaimana jari-jari yang tipis, halus, indahnya bisa melakukan hal-hal magic padamu. Ini tidak bertindak adil pada apa yang kau rasakan dalam kehidupan nyata.

Kau memegang pundaknya dengan tangan bebasmu saat sentuhannya membuat kupu-kupu berenang dalam perutmu, dan dia membawa tanganmu yang lain pada bibirnya. Dia melihatmu dengan pipi memerah, bulir-bulir keringat muncul pada keningnya, saat dia mencium jari-jarimu. Tidak ada seksual tentang bagaimana bibirnya bergerak melintasi kulitmu, tapi saat dia merengek seolah-olah dia rindu mengagumi tubuhmu seperti itu, kau mendongak dan mengeluarkan dengan keras, tak tertampung lenguhan dari tenggorokanmu.

Dia menarik jari-jarinya saat kau akan mencapai orgasmemu, dan ini membuat frustrasi kau langsung menendangnya keluar tempat tidur, tapi kemudian Baekhyun membenturkan bibirnya pada milikmu, kali ini tidak sedikit halus dan membelitkan lidahnya pada milikmu.

“Maaf, tapi…..” katanya, melenguh dalam mulutmu saat dia menurunkan pinggulnya untuk bertemu milikmu. “Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Aku menginginkamu.” Dia berbisik dalam telingamu seolah-olah itu adalah sebuah janji untuk dijaga. “Aku selalu menginginkanmu.”

***

Keesokan harinya, kau bangun melihat Baekhyun masih terbaring diatas tempat tidurmu. Kau begitu senang akan tampang damai, tidak berdaya pada wajahnya dan betapa bulu matanya lebih panjang dari yang kau kira. Kau tidak pernah memiliki kesempatan untuk melihatnya seperti ini, karena itu tertulis pada salah satu aturan dasar bodoh itu yang dia buat untuk bangun di samping satu sama lain setelah berhubungan seks.

Hatimu melayang ketika kau mendengar suara rengekan kecil ini yang dia buat dalam tidurnya. Seperti suara anak anjing, yang lembut dan menggemaskan sekali bagi kata-kata, dan kau tanpa sadar tersenyum saat dia bergeser sedikit, mencoba untuk mencari kehangatan kembali. Dan pada beberapa momen, kau mungkin membayangkannya, tapi kau bersumpah kau mendengar dia menggumamkan nama –nama aslimu –dalam tidurnya.

Jujur kau akan senang menghabiskan sepanjang hari memandangnya seperti ini, tapi sialnya, kau ada kelas satu setengah jam lagi. Mengutuk pada dirimu sendiri, kau melangkahkan kakimu menuju kamar mandi dan mandi dengan cepat. Setelah menyiapkan apa yang harus dikerjakan, kau meraih tasmu dan meninggalkan pesan padanya. Kau berpikir sebentar tentang apa yang harus kau katakan, kemudian benar-benar tersenyum setelah kau memutuskan apa yang ingin kau tulis.

Harus pergi ada kelas. Dan maksudku ‘kelas’ adalah benar-benar kelas.

Kuharap kau mengingat apa yang kau kita lakukan tadi malam. Bukan hanya bagian itu, tapi juga bagian dimana kita benar-benar bicara.

Aku akan meninggalkan kunciku disini, jadi jangan lupa untuk mengunci pintu saat kau keluar. Jangan khawatir, aku punya kunci cadangan, kau bisa membawa satu bersamamu.

Aku tidak bisa percaya aku menulis ini, tapi aku percaya padamu, okay?

P.S : kau membuat suara lucu dalam tidurmu. Cute.

P.P.S: tidak apa untuk tidak menaruh topengmu sekali-kali, Baek. Aku senang aku bisa melihat bagian lain dari dirimu tadi malam.

–‘Sweet heart’ –

***

Kau jujur memiliki waktu terbaik dalam hidupmu hari ini. Bukan, bukan karena tadi malam kau baru saja memiliki first vanilla sexmu dengan Mr Byun Baekhyun walaupun ya, mungkin terutama karena itu –dan itu terasa amazing and perfect, kau mengklaim –tapi juga karena kau baru saja ditunjuk sebagai lead dancer untuk pertunjukan musim semi tahun ini. Bahkan saat kau tahu itu akan mengambil banyak pekerjaan, kau juga yakin itu akan menjadi sangat kayak.

Jadi kau tidak memikirkan apapun yang bisa mengacaukan hari ini.

Tapi kau begitu, begitu salah.

Kau baru saja meninggalkan ruanganmu 7 jam yang lalu dengan Baekhyun yang masih tidur dengan inosen di tempat tidurmu. 7 jam kemudian, kau membuka pintu kamarmu, hanya menemukan Baekhyun yang masih di sana di atas tempat tidurmu. Hanya kali ini, dia bersama gadis lain.

Dan gadis itu sedang melenguhkan namanya.

Kau berdiri mematung saat kau melihat bagaimana Baekhyun sedang menyetubuhinya tanpa alasan di kasur, poninya yang berkeringat terjatuh menutupi matanya saat dia melesakkan kedalam dan keluar padanya. Tenggorokanmu kering bagai gurun pasir, dan kau benar-benar tidak ingat bagian dimana kau menafaskan udara masuk ke dalam paru-parumu.

Itu seperti sebuah tamparan pada wajahmu dan sebuah tombak yang menerobos jantungmu situasi semacan itu.

Dan seolah-olah itu tidaklah cukup. Detik berikutnya, Baekhyun mendongak dan melihat kau melihat padanya dengan mata lebar, tidak percaya.

Tapi dia tidak berhenti.

Nafasmu tercekat di tenggorokanmu dan lututmu melemas sesaat disana. Bagaimana kau tidak bisa? Dia sedang melihat padamu sambil mendorong kedalam gadis itu.

Dan kemudian dia menyeringai.

Dia benar-benar menyeringai padamu.

Dia memperlihatkan giginya, menampilkan taring-taringnya yang tajam sebelum dia memejamkan matanya dan melenguh dengan lembut dan panjang, suara yang pernah kau dengar beberapa kali sebelum ini.

Gadis itu, yang merengek dibawahnya, tidak terlihat menyadari kehadiranmu sama sekali. Dia mencakar pada punggungnya, menciptakan tanda-tanda merah marah dan menjeritkan namanya, berulang dan berulang dan berulang lagi.

Baekhyun mengunci pandangannya dengan milikmu lagi saat dia menaruh seringaian luar biasanya dan bicara pada gadis itu, tanpa memutus kontak matanya denganmu. “Want me to go harder?” tanya Baekhyun sebelum dia melenguh lagi, sedikit keras kali ini, “Ah, sudah kuperlakukan kau dengan baik?”

Let me treat you right

Dan sesuatu dalam dirimu baru saja patah. Dia ingat. Dia ingat apa yang terjadi tadi malam dan dia mengejekmu untuk itu.

Kau merasa ini sudah cukup. Apapun yang akan dia lakukan, kau selesai dengannya.

Walaupun tangan-tanganmu gemetar, walaupun lututmu melemas dan tidak stabil, walaupun kau ingin menjerit, walaupun kau ingin menangis dengan keras, kau putuskan untuk tetap tenang dan memasang sikap yang terbaik. Betapapun sulitnya itu, kau katakan pada dirimu sendiri untuk menahan.

Kau hanya tersenyum kembali padanya dengan bibirmu, tapi bukan dengan matamu.

Dan sesaat sebelum kau menutup pintu dengan sebuah dentaman lembut, kau menangkap momen seringaian Baekhyun yang hilang dari wajahnya.
TBC
Okay, huff…..panjang banget! Aku ingin tahu apa yang kau rasakan setelah membaca cerita diatas. To be honest, for me, saat pertama kali aku baca chapter ini, aku ngerasa nyesek banget, beneran sampai pingin nangis, dan aku benci sekali sama si Baekhyun. Apa kalian merasakan hal yang sama denganku?? Let see, write your coments guys, i really will be happier.

 

 

 

 

 

 

 

 

 


22 thoughts on “The Marriage Life Of Mr Byun Baekhyun|Chapter 5b

  1. Oh My God……!!!! asem lah aku degdegan juga -____- keren makin kerasa yeah emmm begitulah, cuma perasaan ku apa memang mereka sama2 saling mengharapkan hubungan yg lebih baik? ntahlah, hanya berharap kau bisa segera menyelesaikan translate tannya haha… hanya, yeah you know? sepertinya aku sudah ketagihan untuk membaca hasil translate tan mu ini haha, good job, fighting..

    Like

  2. di bagian akhir nanti, kau pasti akan merasakan apa yg pernah kurasakan waktu aku pertama kali baca ff ini, nyesek banget, beneran, tapi sayang, aku blm bisa nyelesaiin hari2 ini, soalnya otakku bener2 butuh istirahat,tubuhku jg butuh isrirahat, you know lah, cuaca sangat buruk, pekerjaan jg sangat padat. wish me luck,okay?

    Like

    1. Kau benar hati ku patah, shit, sumpah nyebai, seperti you know perselingkuhan? I don’t think so but yeah aku geregetan, wanna cry, I don’t know what I feel, aaa rrrggghhh Baekhyuuuunnnnn…! I hate you so much arghh… ok let me cry… huaaaaaaaaaaa… 😭😭😭😭

      Like

      1. you know what? saat aku habis translit ini dan membaca next chapternya, aku benar2 menangis, i really did, i swear, aku menangis di tengah malam 😥 dan ini baru permulaan, dear. let see the next chapter, kau juga akan menangis lagi.

        Like

  3. Haii kak ..
    Aku readers baru nie 😀 hehhee aku baru tau ada cerita tentang byun beakhyun yg sepertii nie? Tapii suMvah kereen bgtt nie cerita (y) dan di chapter nie bener2 nyesek bgtt !! 😥 sampe aku menitikan airmata. #OkeLebay #Abaikan dtunggu kak lanjutan’nya 🙂 penasaraann bangeettt !!
    Semangatt kak 😉

    Like

  4. Pasti baekhyun ngelakuinnya karena ada maksud tertentu semoga sih maksud baik. Kalo engga, mana mungkin seringaiannya ilang pas ceweknya nutup pintu. Tapi kok nyesek ya

    Like

  5. TBH sih, pertamanya liat baek main piano kebayang dia nyanyiin my answer is you..
    Tp ka, stelah bergalau ria eh dia malah”begitu” sama cewe lain. Sialan-_____-
    Kesel sih kaa cuman bahasa yg dpake kurang ngebawa emosi kaa.. jd feel nya kurang. Tp paham ko maksudnyaa..
    Cuma kritik dikiiittt si kaaa:)
    Mangaatttssss😍

    Like

Leave a comment