The Pathetic Ex-Lover’s Club |Chapter 4

bYIm7jP

 

Tittle     :  THE PATHETIC EX-LOVER’S CLUB (Chapter 4)

Author  :  PJ

Cast       :

  • Oh Hana (OC)
  • Byun Baekhyun
  • KAI /Kim Jongin
  • Oh Sehun
  • and other member of EXO

Rate       : PG -17

Length  :  Chapter

Genre  :  Fluff and Romance

Poster : kristal15/ TMLGS

 

Greeting  !!  Hello  guys  i’m back again. Ini hasil  translitanku  yang kedua dari  fanfic  favorite ku ‘ The Pathetic Ex-Lover’s Club  by angelb2uty ‘.   Walaupun  tidak  se bagus  aslinya, tapi tetep saja  telah  menguras otakku sangat  keras, dan semoga  kalian  bisa  menikmatinya, ya..walaupun  agak  berantakan  bahasanya,just keep reading  guys, dan jangan  lupa  like and comentnya, Oya ,kau bisa  cek  Original  storynya di sini,

 

Link  : http://www.asianfanfics.com/story/view/1138561/4/the-pathetic-ex-lovers-club-fluff-romance-originalcharacter-exo-baekhyun

Previous chapter

HAPPY  READING  !!

 

Chapter  4                  

Who Are You?

 

Sayangnya pesta diperpendek setelah inside, dengan seluruh hotel diinformasikan oleh insiden hanya  dari sirine yang berasal dari tim darurat. Wanita, yang Hyeri bilang bahwa dia adalah Bibi Yerin (Tunangan Jongin), menyebabkan Yerin berpikir mereka tidak seharusnya meneruskan pesta di saat Bibinya terluka.

Trauma, begitulah apa adanya.

Setelah semua scene menghilang perlahan-lahan di saat semua orang mulai keluar, mengirimnya ke ambulan, untuk sesaat, aku mendengus ketika teringat kembali pada scene yang terjadi sesaat sebelumnya.

Tapi aku tidak tahan kecuali menyadari bagaimana Jongin mencoba mencari perhatianku, melesatkan kedua matanya padaku pada setiap kesempatan yang dia dapatkan.

Di pagi yang cerah ini –dua hari sebelum pernikahan -, aku berakhir bergaul dengan Hyeri dalam sebuah ruangan  yang dia sediakan  dengan semua kebutuhan persiapan pernikahan. Dia mengomel tentang Bibi Yerin,  menggosipkan seperti tidak ada hari esok yang kudengar dengan intens. Aku yakin Jinae tidak akan percaya aku bahkan bisa dekat dengan gadis ini.

Yang menarik perhatianku adalah ketika dia berkata bahwa bagaimana api dimulai bukanlah sebuah kecelakaan yang berawal dari wanita itu sendiri. Itu berasal dari orang lain.

“Dia mengumpat sepanjang jalan ke Rumah Sakit, bilang bahwa dia akan membunuh laki-laki sekali dia melihatnya. Dia menghilang ketika api menyebar –“

“Siapa laki-laki yang dia bicarakan ini?” potongku padanya.

“Aku tidak tahu.” Dia mengedikan bahu. Itu aneh karena Hyeri kelihatannya kenal semua orang di sini. “Kucoba bertanya pada Yerin tapi dia sungguh tidak ingin membicarakannya.” Menyadari bagaimana aku membiarkan topik ini, dia mengubah topik. “Bagaimana menurutmu gaunnya?” dia mengeluarkan gaun besar dan menggantungnya di depanku sebelum dia bergabung denganku di sofa.

“bagus.” Komentarku dengan pendek.

“Ini ditangani penjahit. Memakan waktu enam bulan untuk menyelesaikannya.” Tapi kami putus agak kira-kira satu tahun yang lalu. “Kurasa aku akan menjauhkan ini darimu.” Tanpa kusadari, mungkin aku hanya terlihat seperti mantan kekasih yang menakutkan yang menggenggam erat sebuah gunting.

“Oh. Aku tidak akan berpikiran itu.”

“Kau yakin?” dia cekikikan.

“Mung …..kin?” aku cekikikan juga sebelum kuraih cangkir es krim yang ada di atas meja dengan biasa dan ada sendok di atasnya, kedua mataku melekat pada gaun itu. “Aku ingin tahu metode pencucian yang mana yang cocok untuk kain semacam ini. Pencucian kering?” tanyaku, menempelkan bibirku yang kena noda.

“Kau berpikir sembarangan saja.”  Ucap Hyeri saat dia berdiri kemudian, dan mengerjakan beberapa barang lainnya.

Kulihat gaun lebih dekat dan itu akan jadi satu kebohongan jika aku tidak pernah memiliki perhatian untuk tidak merusaknya.

“Hana, karena kau adalah design interior –“ dia berbalik. “HANA!!”

Itu adalah tindakan bodoh. Aku hanya membuang es krim rasa machaku. Itu sungguh bodoh sekali tapi aku merasa lebih baik. “MEMANG APA YANG KAU PIKIRKAN?” dia berteriak.

“Itulah kenapa aku tanya.” Kututup bibirku rapat dan memperlihatkan gigiku dalam senyuman canggung. “Sepertinya butuh di cuci.” Hyeri sepertinya ingin meledak beberapa saat lagi, wajah merah, mengeluarkan napas berat dan aku tidak bisa berpikir apapun lagi kecuali aku dalam masalah. “Mungkin seharusnya aku pergi saja.” Kataku acuh tak acuh dan berjalan keluar.

“Maafkan aku.” Kataku dengan refleks ketika aku membentur tubuh yang kokoh di saat aku berjalan tergesa-gesa karena amukan Hyeri. Aku hampir tersenyum karena aku tidak pernah berpikir aku akan memiliki keberanian untuk melakukan itu. Di saat aku hanya sedang merenung antara rasa bersalah dan rasa senang yang kumiliki, suara memanggil namaku membuatku terpaku.

“Hana.”

Itu mengejutkan mengetahui bahwa ada orang lain yang kukenal di sini tapi suara itu masih membuatku mematung.

“Hana?”

Perlahan aku berbalik dan itu sangat membuatku gugup sebenarnya karena sungguh melihatnya secara  dekat seperti ini. “Hai. Aku benar-benar belum memberimu selamat.”

“Tidak apa.” Dia tersenyum.

Senyum itu.

“Aku menelponmu beberapa hari yang lalu.”

“Yeah. Aku mendapatkan pesanmu.” Jawabku langsung. Tidak lama setelah itu, kularikan kedua mataku ke lantai entah kenapa lantai menjadi lebih menarik

Itu masih menyakitkan.

“Aku ingin berbincang-bincang denganmu, kau tahu tapi aku harus bicara dengan Hyeri sebentar –“

“Silahkan.”

“Maukah kau menunggu?”

Tatapan penuh harapan itu. Kedua matanya sedang menjerit padaku untuk setuju dan  tatapan yang bisa menolak sejujurnya. Aku tersenyum lembut padanya. “Tentu.”

~~~

“Bagaimana kabarmu?” tanyanya, seketika mengucapkan  tanpa berpikir  satu pertanyaan untuk menghapus atmosfer canggung selama keheningan kami  saat menuju ke halaman di suatu tempat dalam kawasan hotel. Tempat  yang tersembunyi dan aku heran bagaimana dia ke sini sendiri ke tempat yang menakutkan  yang terlihat seperti banguan beton yang akan segera dibangun dengan utuh.

Apa ada sesuatu yang mengganggunya? Apakah pernikahan?

“Aku baik-baik saja. Bagiamana denganmu?” aku langsung kembali bertanya padanya. Betapa canggungnya terdengar itu?

Dia tertawa kecil. “Seperti yang bisa kau lihat.”

“Senang mengetahuinya.” aku tetap merundukkan pandanganku setiap waktu, jari-jariku bermain-main  dengan blusku karena kegugupan.

“Hana.” Aku melirik sedikit pada wajahnya, melihatnya sekarang bersandar pada batang pohon, menatapku dengan intens. “Kupikir kau tidak akan datang.”

Bagian kata-kata dari kalimatnya tidak terdengar bagiku karena tiba-tiba, suara gemerisik  mengganggu ku dan menarik perhatianku. Aku yakin semak-semak itu kelihatannya bergerak dari arah sana dan aku tidak tahan kecuali merasa tertarik  untuk mencari tahu. Tidak ada tiupan angin saat itu jadi dari mana asalnya itu?

Tapi kelihatannya hanya aku saja yang melihat itu.

“Ada apa?”

Aku langsung melihat kembali dan menggelengkan kepalaku. “Tidak ada apa-apa.” Jawabku. “Kita berteman, kan? Kau adalah teman baik. Kau ada bersamaku sepanjang waktu, kau telah melalui segalanya denganku ….kau di sana untukku jadi kurasa, hanya untuk satu masa lalu hitam yang kita miliki, tidak seharusnya mengacaukan segalanya yang sudah biasanya kita. Itu tidaklah layak.”

Merasa seperti  air mataku akan  menetes keluar dari kedua ujung mataku karena bagaimanapun aku berharap aku bersungguh-sungguh dengan apa yang baru saja kukatakan, ku kerjapkan kedua mataku dan menjadi kebiasaanku untuk menutupinya. “Tidak seperti Kyungsoo.” Cemoohku, melebarkan mataku dengan bodohnya. “Bagaimana bisa dia lebih suka  keluar negeri di saat dimana kau sedang mengalami titik balik kehidupan ini? Serius, jika aku kau, aku tidak akan pergi ke pernikahannya nanti. Biar kuakatakan padamu, dia sungguh tidak bisa hidup tanpamu.”

“Dia mungkin tidak akan memiliki siapapun untuk menjadi pendamping prianya kecuali aku. Lihatlah aku, aku harus mencari segala cara untuk seseorang yang cocok –“

“Lihat? Aku bisa menjadi  pendamping priamu jika aku adalah –sayangnya, aku adalah seorang perempuan.”  Dan hanya seperti itulah, kami menjadi nyaman atas kehadiran masing-masing.

“Apa kau biasa mengocehkan segalanya bahkan pada orang asing?” wajahnya penuh dengan daya tarik.

Aku mengerutkan dahiku, mengetahui mungkin aku mengeluarkan kata-kata pedas hanya sedikit jahat sekali. Jinae akan membunuhku jika dia tahu apa yang baru saja ku tumpahkan. “Aku gugup.” Dan senyuman di wajahnya dan suara tawa kecilnya menarik saja. “Aku seharusnya tetap diam saja kalau begitu.” Kucubit bibirku, kerutan dahiku tidak pernah berhenti.

“Tidak! Aku suka kau seperti itu.”

Aku menelpon Jinae malam itu, sesegukan dengan keras dan dia mendesah dengan berat saat dia menungguku untuk mengatakan sesuatu. Ketika suara yang sama terdengar sekitar lima menit, Jinae berbicara. “Apa yang terjadi, Hana?” tanyanya, terdengar seperti seorang ibu yang menangkap anaknya dalam masalah.

Kuhapus air mataku dan tetap saja napasku bergetar, mencoba mencari kesempatan untuk bicara diantara sesegukanku. “Kau akan menghakimiku lagi pula. Aku tutup, kalau begitu.”

“Aku bahkan tidak –“ kutekan tombol merah sebelum dia bisa menyelesaikan.

Hanya tinggal satu orang. “Hallo?” gumamnya di telpon dengan suara nyanyian dan diikuti suara uapan setelahnya. “Siapa ini?”

Ini bukanlah  baik untuk anak kurang ajar ini. Apa dia tidak menyimpan nomorku di ponselnya? Setelah semua yang telah kulakukan untuknya, paling tidak yang seharusnya dia lakukan adalah menyimpan nomorku. Mengusap ingusku, aku berkata “Eommamu!”

“EOMMA?”

Aku hampir mendengus karena bisa kubayangkan bagaimana Sehun akan terlonjak dari tempat tidurnya karena terkejut. “Eommaku sudah meninggal bagaimanapun.” Kudengar dia bergumam dan beberapa detik setelahnya ketika dia sepenuhnya bangun, dia mengutuk di balik napasnya. “Ah, Noona!” dia meringis.

“Kapan terakhir kali kau memanggilku itu?”

Dia mendesah. “Kau terdengar seperti beliau, aku hampir menangis karena bahagia.”

“Di saat seperti ini, kuharap dia di sini. Aku butuh pelukan dan aku sendirian, Hun.” Aku menangis.

~~~

Taman yang tersembunyi bagaimanapun menarik, membuatku ingin mengetahui lebih tempat itu. Aku berjalan ke sana sendiri kali ini dan semak-semak  dari hari kemarin membuatku berhenti di depannya. Aku sangat yakin pasti ada sesuatu yang menyebabkannya bergerak dan bisa jadi itu apa?

Apa ada seekor ular?

Secara otomatis aku sedikit melompat pada pikiran itu dan merasa lega karena tidak ada seorangpun di sekitar. Mungkinkah, ada monyet-monyet di sekitar sini? Aligator? Jujur kenapa aku mempedulikannya?

Suara jeritan senang menarik perhatianku dan aku bergerak ke depan pada suara itu. Kutemui lapangan tenis  dan dari kejauhan, aku kenal dengan baik figur laki-laki.

Dia memang lebih cantik dariku. Dia cantik, dia memiliki lekukan tubuh yang bagus, dia tahu bagaimana terlihat cantik, seseorang yang hanya cocok dengan Jongin. Lebih baik dari diriku. Mungkin kita hanya tidak pernah di takdirkan dari awal. Aku bukanlah siapa-siapa yang pantas untuk laki-laki seperti dia.

Dengan pikiran-pikiran itu yang mengaburkan benakku, aku tidak sadar kakiku membawaku mendekat pada lapangan itu. Keintiman diantara mereka menyebabkan rasa iri dalam diriku. Aku tidak bisa menenangkan diriku melihat mereka tapi momen ketika kurasakan mata Jongin melesat ke depan ke arahku, aku langsung bersembunyi dari pandangannya dan  membentur sesuatu.

Bukan sesuatu karena sesuatu itu pastinya tidak bisa berteriak karena kesakitan.

Kuputar tubuhku dan aku bertemu satu wajah yang tidak familiar, tidak bisa berpikir apapun lagi kecuali menjerit karena terkejut pada pandangan orang ini yang entah dari mana. Dia kemudian memundurkan dirinya terlebih dahulu  dari perhatian yang terkumpul dan menarik pergelangan tanganku bersamanya, menyeretku ke suatu tempat yang tersembunyi.

Aku mengerang dan menarik pergelanganku dari pegangannya karena apa yang laki-laki ini pikirkan? Menyeretku bersamanya? “S –siapa ka –kau?” aku terbata-bata.

“Apa yang kau lakukan di sana?”

“Aku sangat yakin itu bukanlah namamu.”

“Kenapa aku harus membiarkanmu tahu siapa aku di saat aku bahkan tidak kenal siapa kau? Siapa kau?”

“Aku dulu yang bertanya.”

“Apa kau sedang menguntit mereka? Apa hubunganmu dengan Jongin karena aku sangat yakin Yerin tidak punya kenalan  dengan seseorang seperti mu.” Dia membuat tatapan jijik.

Aku terperanga padanya, merasa tersinggung pada komentarnya. Dia kenal tunangan Jongin. “Lalu, apa hubunganmu dengan Yerin?”

“Aku dulu yang bertanya padamu!” teriaknya dengan kekanak-kanakan.

“Kau tidak menjawab pertanyaanku di saat aku menanyakan pertanyaan padamu jadi kenapa aku harus menjawab?” aku balas berteriak.

Dia mendesah dengan berat dan keras dan tangannya diudara, bergerak memutar dengan panik  sebelum menjambak rambutnya dan berjalan ke depan sisi berlawanan denganku dengan rasa frustrasi. Dan belakang kepala itu …..

“Kau laki-laki mungil pendek yang mencoba membakar gaun!”  aku menunjuk dengan jari telunjukku padanya menuduh.

“Maaf?” jawabnya ketus dengan mata membelalak lebar.

Dia akan membunuh laki-laki …..” Bisa jadi dia –

“Aku tidak pendek. Tinggiku 174 cm dan aku tidak mungil. Aku ….well,” dia memukul dirinya beberapa kali untuk membuktikan bahwa dia cukuplah jadi  seorang laki-laki. “Cukup kencang  ketimbang kebanyakan rata-rata laki-laki.” Dengan sombongnya dia melenturkan  otot lengannya padaku.

Melupakan keraguan yang mumiliki di awal tadi, kuhembuskan napasku dengan keras dengan rasa mengejek sebelum berkata “ Hanya karena kau berhasil bukan membuatmu  tumbuh lebih tinggi lagi.”

“Kau lebih baik tarik  itu kembali.”

“Aku tidak akan.”

Dan temperamen laki-laki ini tidak main-main ketika dia datang menghampiriku dengan menghentakkan kakinya, menjulang tubuhnya di atasku dan aku membengkokkan tubuhku menjauh dari kedekatan dengan  batas kelenturan yang kumiliki secara pengecut. Kedua mataku tidak berhenti mengerjap dan pada tampang sedekat ini, jantungku tidak tahan kecuali berdetak lebih cepat, tidak yakin apakah aku hanya tidak terbiasa pada kedekatan ini dengan orang asing atau untuk fakta bahwa laki-laki ini benar-benar laki-laki yang tampan.

“Lihat siapa yang lebih kecil sekarang.” Katanya dengan wajah mengeras dan sepasang mata yang mengintimidasi  mengarah padaku. “Orang-orang sepertimu kadang-kadang harus diingatkan bagaimana kau harus melihat pada bayanganmu sendiri sebelum memberi  julukan pada orang lain. Lain kali lakukan itu, oke Agasshi?” dia menyeringai  secara tidak tulus, tidak ada satupun tampilan ramah  yang ditawarkan.

Agasshi?

Laki-laki yang di hadapanku ini pastinya tidak lebih tua beberapa tahun, well dia terlihat lebih muda dari Sehun jadi mungkin dua atau tiga tahun lebih muda dariku dan dia berani memanggilku  nona muda di saat dia seharusnya lebih hormat pada ku sebagai yang lebih tua?

Aku mungkin tidak mempermasalahkan atas  adikku sendiri karena tidak memanggilku noona tapi bukan berarti dia memiliki hak, meremehkanku seperti itu di saat dia seharusnya memanggilku noona dan bicara secara formal padaku.

“Orang tuamu tidak mengajarimu sopan santun?” kujitak kepalanya seperti seorang kakak perempuan seperti biasanya aku bertingkah pada adikku dan kali ini dia lebih terkejut, tidak menduga aku akan bereaksi begini dan dengan cepat mengelakkan  kepalanya kapanpun pukulan datang ke arahnya.

“Untuk apa itu tadi?” teriaknya.

“Agasshi? Apa kau bahkan tahu berapa umurku karena kau memanggilku seperti itu? Apa kau bahkan –“

Dia mengerang dengan keras sebelum dia menjawab dengan ketus “ Baiklah-baiklah. Apa Ahjumma terdengar lebih baik bagimu sekarang?”  dia mengacak rambutnya frustrasi. “ Jadi lihatlah dirimu di cermin, Ahjumma!”

“APA?”

 

TBC

 

Ah, sejauh ini pasti kalian bisa menebak siapa laki-laki yang bersama Hana, kan? Seperti biasa, leave your comments below…. thank you!!

 

 

 

 

 

 

 


16 thoughts on “The Pathetic Ex-Lover’s Club |Chapter 4

  1. Oke oke aku yakin itu pasti baekhyun, yeee akhirnya muncul juga. Si bebek keknya nguntit deh, jadi baekhyun mantan pacarnya yerin kak? Aduh jongin, kok jd jatuh hati sma jongin ya d sini wkwkwk

    Like

  2. Waaaaa baekky, kenapa mereka rasanya cocok jadi pasangan? Wkwkwk..
    Lucu kali waktu mereka adu argumen haha..
    Au ah itu baek apa bukan, tapi feeling ku bilang “iyaaa”
    Waaaa kangen banget aku sama ff ini..
    Ketawa jahat waktu Hana numpahin es krim ke gaun pengantinnya haha
    Ah sumpah, bener2 suatu kesalahan mengundang mantan ke acara sakral gini
    Lagi tuh jongin ngapain pake ngajakin ngobrol, ah jahat pokoknya jongin jahat :’v
    Ditunggu yaaa kelanjutannya
    Fightingg.. Lope u emaakk

    Like

  3. semakin curiga deh sama itu cowo .kaya nyaa itu baekhyun deh di lihat dari definisi sifat nyaa kaya baekhyun hahaha
    dan curiga kalau dia bener yang membakar gaun bibi nyaa pengantin perempuan ituu .
    aduhhh malah membayangkan hal2 yang aneh2 deh hahaha
    di tunggu lanjutan nyaa author 😚😚😚
    ❤❤❤

    Like

  4. beha pasti noh ciri”ny sama…lah emang hubunganny beha sama yerin itu apa??kalo hana sama jojong pan mantan yah…aah au ah masih banyak teka teki..oke next chap semoga greget yaah..hehe fighting

    Like

Leave a reply to noonabyun Cancel reply