Tittle : Mr Balcony ( Chapter 3 )
Author : PJ
Cast :
- Kim Hana (OC)
- Byun Baekhyun
- Oh Sehun
- Park Chanyeol
- Other member of EXO
Lenght : Chapter
Genre : Romance
Rate : M
Poster : cr. exoplosions
Greeting !!! Hallo guys, i’m back again, kali ini aku bawakan FF gajeku,pasti typo bertebaran, jalan cerita yang aneh dan pasaran , nggak ngefeel banget , tapi asli cerita ini keluar dari otakku sendiri … okey , di simak deh .
Warning !! This is content of mature stuff, so if under 18 years please skip it!
Summary : Kim Hana ( 29) seorang wanita karier yang polos yang tidak pernah berkencan dan berinteraksi dengan laki-laki seumur hidupnya. Hidupnya berubah saat dia bertemu dengan seorang laki-laki , Byun Baekhyun (26) yang tidak sengaja masuk kedalam apartemennya lewat balkon karena melarikan diri setelah kepergok berselingkuh dengan kekasih orang (yeoja apartemen sebelah).Sejak saat itu Hana merasakan perasaan yang belum pernah dia rasakan, yaitu fall in love with Baekhyun .
A First Encounter | Why i got you on my mind? |
HAPPY READING !!!!
Chapter 3!
Confession
I ‘ll never feel this way since i met you
You’d changed my world
I love you , ‘cause you are amazing
Just the way you are
“Oh my God,” Hyejin megap-megap, napasnya tercekat di tenggorokan, “Di sana! Yes, tepat di sana, Baby! Holy shit, kau –kau begitu hebat –ah!”
“Damn, you’re so hot.” Chanyeol mengerang sedikit keras. Suaranya rendah dan terengah-engah, dan wanita itu ingin tersenyum bangga karena dialah satu-satunya wanita yang bisa membuatnya bereaksi seperti itu.
“Kau –“ Hyejin berhenti untuk meraup udara untuk bernapas. “Kau lebih baik dari siapapun di dunia ini, suamiku –ah, don’t stop!”
“I won’t, sweet heart.”
Pria itu membalik posisi Hyejin, sekarang dia yang berada di bawah dengan masih memegang pinggang Hyejin , “Ride me, Baby,” pintanya sebelum mendekatkan wajahnya sedikit dan mengendus lekukan lehernya, di saat dia bicara lagi, suaranya terdengar seperti teredam pada kulit leher yang basah karena keringat, “God, kau membuatku ingin melakukan ini seharian, melenguh dan memohon padaku untuk –oh fuck!” Chanyeol memejamkan matanya dan menghentakkan kepalanya ke belakang pada bantal saat istrinya mulai bergerak di atasnya.
“Apa kita harus terus melakukan ini?” tanya Hyejin, meringis saat ujung-ujung jari Chanyeol tetap menekan di kulit pinggangnya.
“Aku tidak peduli,” jawabnya, memandunya dengan menggunakan tangannya. Dia melumat bibir wanita itu dengan rakus dan lama, ciuman yang panas. “Aku tidak peduli, aku hanya menginginkanmu,” bisiknya di sela-sela ciuman membuat wanita itu meremang. “Aku selalu menginginkanmu, Istriku.”
“You’re so hot,” wanita itu mengeluarkan lenguhan, terengah-engah, “Chanyeol –you’re so –hot.”
Chanyeol menyeringai, memutar tubuh Hyejin lagi sehingga mereka kembali ke posisi semula, wanita itu berada di bawahnya sekarang. “Teriakkan namaku, sayang.” Pintanya saat dia melesakkan lagi lebih dalam dan lebih keras. Seperti yang dia minta, Hyejin meneriakkan namanya lagi dan lagi dengan rasa senang.
“Chanyeol! Oh –God!”
“Katakan kau milik siapa.”
“Kau!”
“Lebih keras.”
“KAU, Chanyeol! Lebih –keras lagi!” dia mencoba posisi baru dan saat itulah Hyejin langsung memejamkan matanya dan tanpa malu meloloskan lenguhan atas namanya. “Chanyeol! Oh my God, Chanyeol!
“Tepat sekali,” Chanyeol mencondongkan wajahnya dan berbisik di telinganya, “Teriakkan namaku terus, Sweet heart.”
Chanyeol sekali lagi melakukan lesakan akhir, lebih dalam dan lebih keras pada Hyejin tepat mengenai G –Spot yang membuat wanita itu melihat bintang-bintang. Mereka akhirnya melakukan pelepasan mereka dan mencapai puncak kenikmatan mereka. Chanyeol kehabisan tenaga, mereka berdua terengah-engah membuat laki-laki itu terkapar tidak berdaya. Chanyeol mulai mengeluarkannya dari dalam wanita itu dan melentangkan tubuhnya di samping istrinya, memejamkan kedua matanya dan masih mengingat kejadian yang baru saja mereka lalui.
“You’re so good, Sweetheart.”
“I know i ‘m good in bed, Baby, so don’t try to find another women. If you do –you’re dead, Park Chanyeol!”
Mereka melakukan konversasi setelah melakukan love-making yang bergairah itu.
“Paling tidak dua.”
Mereka berdua berbaring di atas tempat tidur sekitar sejam, mereka malas bergerak karena kenyamanan mereka, dan tangan yang saling melingkar satu sama lain pada pinggang. Mereka menyebut ‘Monthly Lazy Day’. Paling tidak satu hari dalam sebulan, mereka berdua menghabiskan sepanjang hari di atas tempat tidur, meninggalkan tempat tidur hanya untuk makan dan pergi ke kamar mandi. Hyejin mendongak, menatap wajahnya penasaran.
“Paling tidak dua, apa?” tanya wnaita itu dengan lembut.
“Anak.”
Hyejin mengerjap, melepaskan pelukannya perlahan, “Kau telah memikirkan tentang anak?”
“Well, yeah. Kau tidak?”
“Tentu saja. Aku hanya tidak berpikir –kenapa dua?” tanyanya, mengubah topik pembicaraan secara perlahan.
“Berapa yang kau inginkan?” responnya.
“Aku belum benar-benar memutuskannya.” Dia mengakui.
“Aku besar hanya ditemani satu kakak perempuan. Kurasa hanya satu anak akan menjadi membosankan. Aku tidak ingin anak kita mengalami seperti itu.” Bisik Chanyeol.
“Aku juga.”
“Jadi bagaimana menurutmu? Dua, tiga….” tanyanya setelah sedikit jeda.
“Lima.” Jawabnya, terdengar serius.
“Lima? Kau pikir aku pemproduksi anak?” candanya.
“Kau memang seperti laki-laki yang tahu bagaimana memproduksi anak.” Jelas Hyejin berlebihan, tersenyum pada kepolosan suaminya.
“Well, memang benar, tapi bukan itu masalahnya.”
Hyejin cemberut dengan jenaka, membalikkan tubuhnya membelakangi dan sedikit terlepas dari pelukannya. “Apapun yang terjadi aku akan berikan apapun pada hasrat hati kecilmu, Love?” wanita itu menirukan suara Chanyeol, mengejeknya dengan jenaka.
“Pertama, aku tidak bicara seperti itu.” Dia menunjuk dengan jarinya.
“Dan yang kedua?” dia menaikkan satu alisnya pada Chanyeol.
“Aku akan berikan dunia jika kau memintanya.” Bisiknya sungguh-sungguh, dengan serius.
“Jadi kau akan memberiku 5 anak?” tanyanya dengan penuh harapan.
“Lebih dari itu: aku akan memberimu 10.” Dia tersenyum.
“Wonderful,” Hyejin tersenyum. Dia mendekatkan wajahnya dan menyapukan bibirnya penuh gairah pada bibir Chanyeol. “Aku hanya ingin 2 atau 3 saja.” Dia mengakui dengan lembut.
Chanyeol menyeringai, menggelengkan kepalanya, “Sudah terlambat, tidak bisa ditarik kembali. Kita akan membentuk team soccer, Hyejin.”
“Yah!” Hyejin memukul dengan ringan dadanya, dan tersenyum kecil tapi laki-laki itu hanya tidak bisa berhenti tertawa. Tiba-tiba saja terdengar suara dari ponsel yang berada di atas nakas berbunyi.
“Kuharap itu bukan dari kantormu,” protes Chanyeol saat Hyejin meraih ponsel itu dan melihat ID pemanggil, “Siapa?” tanya Chanyeol penasaran.
“Kim Hana.” Jawabnya.
“Aish, mengganggu saja. Lupakan pekerjaanmu kali ini, sayang.” Chanyeol mencoba merebut ponsel itu untuk mematikannya tapi dengan cepat Hyejin menjauhkannya dari jangkauannya.
“Chanyeol! Hentikan! Bagiamana kalau ini penting?”
“Lebih penting dari apa yang kita lakukan sekarang?” Chanyeol mengerang kesal di saat dia tidak berhasil menggapainya.
“Biar kujawab, okay?” wanita itu langsung menyentuh tombol hijau pada ponselnya, “Yeoboseo?”
“Hyejin –ah?” suara dari ponsel itu, terdengar sedikit sedih. “Apa aku menelpon di waktu yang salah?”
“Uh, tidak sama sekali. Ada apa, Hana?” tanya Hyejin dengan nada gemnira. Wanita itu menenangkan suaminya dengan meletakkan jari tulunjuknya pada bibirnya membuat laki-laki itu memautkan bibirnya, cemberut.
“Apa kau sedang sibuk?” tanyanya, “Ada sesuatu yang ingin kuceritakan.”
“Apa yang ingin kau cerita –“ dia berhenti karena Chanyeol terus saja mengusap-ngusapkan wajahnya pada punggung polosnya membuat wanita itu menjadi geli, “Apa itu?” terusnya.
“Itu –“ suara itu terpotong karena bisikan wanita itu pada Chanyeol yang masih saja melakukan aktivitasnya.
Hyejin berbisik, dengan pelan, “Chanyeol, hentikan, aku lagi menelpon.” Tapi sayangnya suara yang ada di line itu mendengarnya.
“Kurasa aku berada di waktu yang salah.” Responnya, menyadari bahwa receiver itu telah mengganggu kebersamaan mereka, sebaggai pasangan. “Apa kau bersama suamimu, Hyejin?”
Hyejin yang mendengarnya mendesah karena menyesal, “Iya,” jawabnya, tapi yang terdengar hanya suara tawa dari line itu. “Yah! Kenapa kau tertawa, Hana?”
“Ani, hanya saja –aku pasti sedang mengganggumu sekarang ini. Apa kalian dalam proses pembuatan keponakan untukku?”
Wajah Hyejin menjadi merona, mendesah sebelum dia menjawab, “Kau seperti peramal saja,” terdengar suara cekikikan dan tepukan tangan, sepertinya seseorang dalam mood yang baik. “Omong-omong, apa yang ingin kau ceritakan?” tanyanya menghiraukan Chanyeol yang berada di belakangnya, mengecup pundak polosnya dan berbisik ‘aku akan ke kamar mandi’ dan beranjak turun dari tempat tidur.
“Ah, sepertinya besok saja akan kuceritakan padamu. Bagaimana kalau makan siang? Di Cafe biasa?” tawar Hana, dan Hyejin hanya menganggukkan kepalanya setuju.
“Okay.” Detik selanjutnya, percakapan itupun berakhir sebelum dia berteriak memanggil laki-laki yang baru saja meninggalkan dia sendirian di atas tempat tidur, “Park Chanyeol!!”
***
Hana tidak bisa tidur dengan baik. Dia tetap memikirkan tentang tawaran dari Ibunya untuk mengambil kencan buta, yang dia ketahui beberapa jam yang lalu. Lagi pula, kenapa dia menerimanya? Padahal masih teringat beberapa tahun yang lalu dia dengan keras menolak setiap kencan buta yang Ibunya selalu usulkan padanya. And not to mention about her feeling, lately. Dia mulai merasakan perasaan aneh pada seorang laki-laki, seorang laki-laki yang telah membuat dia tidak bisa bernapas jika berada di sekitarnya, detak jantung yang di atas normal. Byun baekhyun, seorang laki-laki yang tidak bisa dia hilangkan dari benaknya akhir-akhir ini.
Dan dia baru menyadari bahwa apa yang Hyejin, teman baiknya ucapkan hari kemarin, bahwa dia sedang jatuh cinta untuk pertama kali dalam hidupnya selama ini.
Hana mulai menyesap secangkir kopinya. Biasanya itu terlalu kuat untuk dia rasakan, tapi kali ini dia merasa membutuhkan sesuatu dengan sebuah tendangan ekstra. Mungkin bisa menyentakkan otaknya kembali menjadi rasional. Dia menambahkan beberapa sendok krim dan gula sambil menelisikkan pandangannya pada pintu masuk di Cafe itu. Cafe itu berada di sisi sungai Han, jauh dari hiruk pikuk kota, yang Hana rasakan adalah pilihan yang lebih aman, setelah dipertimbangkan. Jika dia tidak mengatakan pada seseorang tentang apa yang terjadi padanya, itu akan membuat dia semakin gila. Dia butuh saran dari orang lain, atau paling tidak seseorang yang bisa memunculkan sebuah ide. Hana pintar menjaga rahasia-rahasia, tapi itu tidak berarti dia suka menyimpan rahasia-rahasia dari teman dekatnya. Dia pikir Park Hyejin adalah orang yang tepat.
Dia melihat Hyejin yang sedang berjalan menuju ke tempat itu dan melambaikan tangan. Hyejin membalasnya dengan melambaikan tangannya, jelas lega di wajahnya, dan segera dia mendudukkan dirinya dan di berikan secangkir kopi miliknya.
“Sorry, aku terlambat,” kata Hyejin. “Aku sedikit berputar tadi. Kenapa harus mengubah tempatnya?” dia megedarkan pandangannya pada suasana Cafe yang bergaya Amerika dengan rasa tertarik. Pergi sejauh ini dari kota adalah cara terbaik untuk bersembunyi dari penguping yang tidak diinginkan dan gosip-gosip yang terlalu ramai. Dia tidak bisa menyangkal bahwa Manager Oh adalah salah satu laki-laki yang paling diminati oleh beberapa wanita di perusahaannya. Dia tidak ingin berita tentang kencan butanya bersama Managernya keluar ke publik.
“Aku punya sebuah pengakuan dan aku ingin sedikit pribadi.” Kata Hana, menguatkan dirinya untuk yang terburuk dari percakapan ini.
“Sebuah pengakuan? Apa kau melakukan suatu skandal?” kata Hyejin dengan rasa senang tanpa tekanan, dan dia mulai menyesap kopinya.
Hana menarik napas dalam-dalam sebelum menghembuskannya. “I ‘m taking a blind date –i mean a blind date with Manager Oh.”
Makan siang berlangsung lancar, dalam segala hal kecuali setelah mereka mendapatkan ganti kopi dan Hana harus membersihkan kemejanya karena semburan kopi Hyejin. Mereka harus mengelap meja, juga, tapi beruntungnya para pelayan sangat cekatan dengan kain serbet cadangan.
Hana mulai menjelaskan secara detail bagaimana itu terjadi,dengan berjalannya waktu.
Hyejin kelihatannya bingung, “Jadi kau menerima tawaran Ibumu untuk kencan buta dan dia memperlihatkan photo Manager Oh karena dia kenal karena dia adalah anak dari teman Ibumu –“
Hana mengangguk.
“ –tapi kau sekarang ini sedang jatuh cinta dengan laki-laki yang sering mengunjungimu lewat balkon walaupun kau tahu laki-laki itu mencintai seseorang.”
Hana mengangguk lagi, bahkan dengan rasa bersalah.
“ –tapi kau belum menyatakan perasaanmu yang sebenarnya padanya.”
“Aku hanya belum berani.”
Hyejin hanya memberikan desahan berat, “Well, if you’re asking me for an advice, talk to him –talk about your true feeling, Hana. Bagaimana?”
Hana mendesah dan memijit pangkal hidungnya. Sepertinya dia akan melakukan sesuatu yang memalukan beberapa saat kemudian, membayangkan bagaimana dia harus mengatakan perasaannya pada Baekhyun bukanlah hal yang mudah dilihat bagaimana fakta memberitahukan Baekhyun masih mencintai cinta pertamanya hingga sekarang. Dan itu sangat memalukan. Dia meringis saat gambaran yang memalukan terlintas di matanya. Hyejin melihat reaksi itu, dia melipat tangannya di depan dadanya dan menyadarkan tubuhnya pada kursi.
“Oh, ayolah Hana. Coba saja.” Sarannya, “Jika dia tidak bereaksi apa-apa, maka ambil saja kencan buta dengan Manager Oh. Tapi, jika kau merasakan ada sedikit reaksi darinya, maka berjuanglah untuk cintamu. Kuyakin kau pasti tidak akan menyesalinya.” Jelas Hyejin panjang lebar, untuk sesaat dia mengambil waktunya untuk menengok jam digitalnya pada ponselnya. Tidak terasa waktu berjalan dengan cepat dan itu membuat Hyejin terperanjat kaget karena sudah menghabiskan banyak waktu, “Oh shit!” umpatnya, membuat Hana mendongakkan wajahnya untuk melihat padanya, memberi tatapan tanya.
“What?!”
“Aku harus kembali ke kantor. Meeting segera dimulai,” dia sibuk membenahi pakaiannya sebelum dia mulai berdiri dari tempat duduknya, memasukkan ponsel dan dompetnya ke dalam tasnya. “Kau tahu? Manager Oh tidak akan mentolerir orang-orang yang terlambat dalam pekerjaannya.” Jelasnya, dengan nada serius, “Dan juga, kudengar CEO yang baru akhirnya muncul di meeting kali ini. Dan itu membuatku penasaran.” Hyejin menaik-naikkan kedua alisnya dengan jenaka, dia sepertinya tertarik pada CEO baru itu. Jika saja dia belum menikah dengan Park Chanyeol, mungkin dia akan melakukan pendekatan pada laki-laki itu. Itu menurut Hana, karena dia lebih mengenal Hyejin, teman dekatnya dari siapapun.
Hana tidak tahan kecuali tertawa kecil melihat reaksi kepanikan Hyejin, dia meneguk minumannya sekali lagi sebelum dia menaruh beberapa uang di atas meja. “Ayo, kita kembali bersama-sama.”
***
“Nyonya Jiyeon, kurasa uang itu cukup untuk pengobatan anak perempuanmu,” kata Sehun, tapi saat Jiyeon mulai berdebat lagi, Sehun meneruskan, “Kau ingin anakmu sembuh?”
Jiyeon dengan cepat mengangguk saat dia mendengar pertanyaan itu. Sehun tersenyum, meskipun sedikit terpaksa dan meraih satu dari folder-folder itu.
“Kau boleh pergi sekarang.”gumam Sehun, matanya tetap tertuju pada folder. Jiyeon perlahan membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju ke arah pintu, di depannya. Tapi sebelum dia menyentuh knob pintu itu dia mendengar Sehun memanggilnya lagi, Jiyeon berbalik lagi dan melihat padanya.
“Ini terakhir kali kau kulepas. Kau lakukan itu lagi, aku akan memecatmu di tempat.” Katanya dengan serius dan Jiyeon mengangguk dengan cepat dan pergi keluar dari pintu itu. Dengan hanya berpikir, Sehun bisa melihat tampang wanita itu yang benar-benar ketakutan dan itu membuat Sehun tersenyum nakal.
Ada ketukan pintu tidak lama setelah Jiyeon keluar, dan Sehun menautkan alisnya pada itu. Dia ingin tahu jika ada sesuatu yang masih menyinggung masalah Jiyeon yang masih belum selesai, jadi dia mempersilahkan masuk pada orang yang mengetuk pintu itu. Pintu itu terbuka, menampakkan seorang laki-laki berambut gelap dengan setelan jas yang fancy di tubuhnya.
Byun Baekhyun menampakkan dirinya memberinya senyuman renyah sementara Sehun hanya memutar bola matanya dan terus mengecek file-file, begitu banyak masalah yang belum terselesaikan. “Jadi…….” Baekhyun memulainya sambil berjalan ke arah kursi di depan meja kerja Sehun. “Apa berjalan lancar?” dia tersenyum ragu-ragu. Sehun hanya memaksa tersenyum dan kemudian melihat file-file di depannya.
“Kau lihat saja kan, Hyung? Aku harus melakukan dua pekerjaan sekaligus. Dan itu sangat melelahkan.” Sehun akhirnya menyerah untuk melihat file-file itu, dia menyandarkan punggungnya pada kursi kebesarannya itu dan ujung-ujung bibirnya tertarik ke atas, tersenyum, “Well, welcome back, Hyung.” Sambil merentangkan kedua tangannya lebar.
“Apa kau tidak memelukku?” Baekhyun berhenti ditempat, merentangkan tangannya dengan senyum lebar terplester di wajahnya. Dia menunggu Sehun untuk menghampirinya.
“Apa aku harus?” Sehun balik bertanya, dia cekikikan pada reaksi kedua orang ini yang menurutnya masih saja kekanak-kanakan. Laki-laki tinggi itu akhirnya mulai berdiri dari tempat duduknya, berjalan menuju di mana Baekhyun masih berdiri tidak jauh dari meja kerjanya dengan tangan yang masih terbuka lebar. “Aku senang kau kembali bekerja, Hyung.” Mereka saling merengkuh satu sama lain, dengan erat, seolah-olah itu adalah momen pertama mereka bertemu setelah berabad-abad mereka tidak melihat satu sama lain.
“Gomawo, Sehuni,” kata Baekhyun sambil menepuk-nepuk punggung laki-laki itu dengan pelan. “Terima kasih sudah melakukan pekerjaanku.”
“You’re welcome, Hyung,” Sehun membalas dengan menepuk-nepuk punggung laki-laki lebih pendek itu dengan pelan, masih dengan senyum terpasang di bibirnya. “Sudah lama kita tidak seperti ini. Kebersamaan kita. Kapan kita terakhir seperti ini, Hyung?”
“Kurasa saat pernikahan Baekbeom.” Kata Baekhyun.
“Yeah, kau benar.” Mereka akhirnya melepaskan pelukan mereka dan mulai menggerakkan kakinya, berjalan menuju sebuah sofa besar tidak jauh dari tempat mereka berada.
Mereka menududukkan diri mereka di sofa, “Kali ini meeting tentang apa?” Baekhyun memulai, setelah sedikit jeda.
“Ada proyek baru yang cukup menarik. Kurasa kau akan menyukainya nanti, Hyung. Tapi aku akan menjelaskannya secara detail di meeting beberapa saat lagi.”
“Oh, baiklah,” kata Baekhyun, dia mulai mengedarkan pandangannya pada ruangan di sekitarnya. “Ruangan ini tidak berubah sama sekali. Apa kau tidak merasa bosan?” laki-laki itu masih meneliti setiap benda yang terpasang dengan rapi dalam ruangan itu. Beberapa rak buku, sebuah pot bunga yang besar yang diletakkan di pojok ruangan, lukisan-lukisan abstrak dan beberapa furniture modern yang tertata rapi membuat kesan ruangan itu terasa hidup.
“Selama itu nyaman buatku, Hyung. Aku tidak mempermasalahkan itu.” Sehun ikut melarikan pandangan matanya pada sekeliling ruangan itu.
“Bagaimana kabar Ibumu?” Baekhyun menolehkan kepalanya untuk melihat padanya. Dia melihat Sehun yang semakin melebarkan senyum, membuat dia semakin ingin tahu. Entah kenapa mendengar kata Ibu membuat Sehun ingin tersenyum lebih lebar. Dia teringat kata-kata Ibunya Kemarin. “Kenapa kau tersenyum seperti itu? Seperti orang gila saja.” Terusnya, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dengan rasa menyerah.
“Kau tahu, Hyung? Apa yang membuatku tersenyum seperti ini?”
“Apa itu?” tanya Baekhyun, dengan tatapan intens dan penuh dengan rasa penasaran. Biasanya Baekhyun tidak pernah merasa tertarik seperti ini pada apa yang dirasakan oleh Sehun tapi itu terdengar menarik bagi Baekhyun.
“Ibuku.” Jawab Sehun singkat.
Baekhyun tidak mengira jawabannya sesingkat itu. Dia membayangkan hal yang lebih, hal yang lebih menarik, sebut saja mungkin seorang wanita, mengetahui bahwa Baekhyun tahu Sehun sudah lama tidak menjalin hubungan dengan wanita, dia mendesah sedikit kecewa, sebelum dia berkata, “Itu sudah sepantasnya.”
“Bukan itu maksudku.” Responnya, dia tahu apa yang Baekhyun maksud. Baekhyun menaikkan satu alisnya, penasaran sebelum Sehun menjelaskan lagi, “Karena Ibuku menyuruhku untuk pergi ke kencan buta.” Jelasnya dengan senang.
Untuk beberapa saat Baekhyun terlihat bingung sebelum kata-kata sehun teresap di otaknya, “Tunggu dulu,” Baekhyun terhenti sebentar, berpikir, “Bukankah kau tidak suka kencan buta? Terakhir kuingat setahun yang lalu kau menolak dengan keras kencan buta. Ibumu putus asa karena kau tidak memiliki hubungan dengan gadis-gadis dan itu membuat dia mengira kau adalah gay, maka dari itu dia menyuruhmu untuk mengambil kencan buta. Apa aku benar?” Baekhyun menjelaskan dengan perlahan sambil mengingat memori yang dia coba ingat di benaknya.
“Benar, tapi saat itu aku menyukai Sora!” jelas Sehun dengan nada yang sedkit keras. Menyebut nama Sora membuat Sehun memejamkan matanya untuk beberapa saat. Tiba-tiba saja bayangan seorang gadis dengan rambut panjang menjuntai, wajah yang cantik dan kulit yang putih seputih susu seperti dirinya terlintas di matanya. Dan beberapa saat, Sehun menggeleng-gelengkan kepalanya, seperti menolak memori itu muncul kembali, dia membuka matanya kembali sebelum berkata, “Ah, lupakanlah, Hyung.”
Baekhyun sedikit berdehem untuk mengembalikan suasana, “Omong-omong, kenapa kau menerima kencan itu? Apa Ibumu memaksamu lagi kali ini?”
Sehun menggelengkan kepalanya pelan, ujung bibirnya tertarik ke atas, “Ani. Karena aku menyukai –“ kalimat Sehun terpotong oleh bunyi ponsel Sehun yang tiba-tiba saja berbunyi, laki-laki tinggi itu segera meraih ponsel yang ada dalam sakunya dan menerima panggilan itu. “Eomma, ada apa?” tanyanya pada receiver, yang diketahui adalah Ibunya.
“Jangan lupa –kencannya, Sehun-a.” Suara receiver itu.
“Ara, Eomma.” Kata Sehun, sedikit tersenyum dan menutup ponselnya. Laki-laki itu tersenyum kecil diam-diam, membuat Baekhyun harus menoleh padanya –walaupun hanya beberapa detik –untuk memastikan bahwa laki-laki di dekatnya itu masih normal.
“Kau sudah beberapa kali mengulaskan senyum seperti tadi. Kau masih normal, kan?” celetuk Baekhyun asal. Sehun cepat-cepat menoleh ke arah Baekhyun dengan memasang wajah tersinggung, lalu dengan spontan memukul lengan Baekhyun dengan tangannya sendiri.
“Yah! Kenapa kau memukulku?!
“Sadarlah, kau yang aneh. Kenapa kau berkata seperti itu?” desis Sehun. Laki-laki itu kemudian melipat tangannya di depan dada, “Lagi pula, aku hanya teringat kata-kata Ibuku kemarin, kemudian tersenyum tanpa sadar. Apa itu salah? Aku masih normal, Hyung.”
Baekhyun terdiam, sebenarnya dia ingin melontarkan pertanyaan pada Sehun yang membuat dia penasaran. Dia ingin tahu siapa wanita yang disuruhnya berkencan dengannya. Tapi sebelum dia membuka mulutnya, laki-laki di dekatnnya lebih dulu menyelanya
“Uhm ….. menurutmu, apakah dia akan datang?” Sehun bertanya dengan suara pelan, namun masih cukup untuk terdengar oleh Baekhyun.
Baekhyun terhenyak mendengar pertanyaan Sehun.
“Entahlah,” Baekhyun mengangkat bahunya, “Memangnya kenapa?”
“Tidak apa-apa,” Sehun menggeleng, lalu tersenyum tipis. Sejenak pandangannya menerawang, tertuju pada langit-langit di ruangan itu. “Aku hanya khawatir Hana tidak merasakan hal yang sama besar dengan yang kurasakan.”
Baekhyun sedikit terkaget mendengar nama Hana. Dia tidak ingin berasumsi nama itu adalah nama yang sama yang dia kenal. “Apa kau mengenalnya? Maksudku –wanita yang akan kau kencani.” Tanyanya sedkit khawatir tapi dia tidak tahu kenapa merasa seperti itu.
Sehun mengangguk, “Aku sudah mengenal Hana bertahun-tahun lamanya, dan selama itu pula aku tahu bagaimana perilakunya sehari-hari.” Sehun mencoba menjelaskan lebih banyak.
Baekhyun hanya terdiam, tidak memberikan respon. Untuk beberapa saat mereka terdiam, saling tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing, sampai suara getaran ponsel Baekhyun membangunkannya dari lamunannya. Dia segera meraih ponselnya yang ada dalam sakunya dan melihat pesan yang terkirim ke ponselnya.
(12:58) nona kaca mata to baekhyun text msg :
Apa kau bisa datang ke sungai Han sore ini?
Tanpa pikir dua kali Baekhyun membalas pesan itu, dia mulai mengetikkan sesuatu pada ponselnya.
(13:00) baekhyun to nona kaca mata text msg :
Bisa
Sehun melihat hal itu dan segera dia bertanya, “Apa pesan dari Teayeon noona?” baekhyun tidak memberikan jawaban dan hanya tersenyum kecil padanya sambil memasukkan poenselnya kembali ke dalam sakunya.
Baekhyun tiba-tiba berdiri dari sofa, menepukkan tangannya beberapa kali, memberi semangat pada dirinya sendiri sebelum berseru, “Cha! Mari kita mulai saja meetingnya,” dia menepuk-nepuk pundah Sehun, “Up! Up!” sehun mendongakkan wajahnya untuk melihat wajah Baekhyun yang ceria itu, dia senang melihat Hyungnya yang mulai semangat untuk bekerja
***
Baekhyun memarkirkan Cevrolet Stingray hitamnya dekat dengan sungai Han. Dia melepas sabuk pengamannya dari badannya dan keluar dari mobilnya, menekan tombol kecil pada kunci mobilnya untuk mengunci mobil itu. Sejenak, dia menelisikkan pandangannya ke segala arah. Dia mulai mencari sosok seorang wanita yang sudah berjanji untuk ditemuinya, petang itu, di tempat itu.
Dia mulai melangkahkan kakinya perlahan setelah dia melihat seorang wanita yang sedang duduk di bangku kayu, sendirian. Tapi tiba-tiba saja dia menghentikan langkahnya saat dia hanya beberapa meter dari tempat itu. Dia terpaku, tapi dia tidak tahu kenapa dia melakukan hal itu. Baekhyun hanya ragu apakah dia harus menghampirinya atau tidak sama sekali. Tapi tidak menepati janji bukanlah dirinya yang sebenarnya. Masih terpaku di tempat, dia terus memandang figur wanita itu dari arah samping tapi wanita itu tidak menyadarinya. Laki-laki itu tetap memasang sorot matanya pada setiap gerakan tubuh atau gestur yang wanita itu lakukan, pada setiap ekspresi yang wanita itu taruh di wajahnya dan mungkin bahkan menghitung setiap napas yang dia ambil saat itu. Dari intensitas pandangannya, kelihatannya dia tidak hanya melihat secara biasa, ada sesuatu yang menarik dalam sorot matanya. Kadang tanpa sadar dia tersenyum saat melihat wanita itu melakukan gerakan-gerakan lucu, juga tanpa sadar dia meringis saat melihat wanita itu terkena hantaman bola dari anak-anak kecil yang sedang bermain bola.
Dia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan sebelum dia akhirnya memutuskan untuk menghampiri wanita itu. Dia memangkas jaraknya.
“Hana.” Panggil Baekhyun pelan.
Wanita dalam balutan kemeja warna caramel itu otomatis menghentikan kegiatannya membuat sketsa pada kertas di tangannya, lalu menoleh ke arah Baekhyun yang sedang berjalan semakin mendekat padanya.
“Oh, kau sudah datang.”
Baekhyun bergumam sebelum mendudukkan dirinya di bangku di samping Hana. “Kau aneh,” ucap Baekhyun tanpa mengalihkan tatapannya pada kertas yang dipegang Hana. “Kuperhatikan beberapa kali kau tersenyum tanpa sebab selama menggambar. Menggambar apa? Kelihatannya lucu.”
Hana terkekeh mendengar komentar Baekhyun. Wanita itu mengangkat gambar sketsanya, menunjukkan gambarnya pada Baekhyun, “Kucoba menggambar sungai di depanku tapi aku gagal dan ini kelihatannya jelek sekali.”
Baekhyun melirik gambar sketsa itu sesaat, “Kau suka menggambar?”
Hana mengangguk dengan semangat, hingga kedua ujung rambutnya bergerak-gerak, “Iya. Aku suka menggambar sketsa. Itu adalah hobi lamaku.”
Baekhyun tersenyum, “Kelihatannya hobimu menyenangkan. Aku ingin sekali mencobanya,” garis-garis di sekitar mata wanita itu membentuk kerutan saat dia memicingkan kedua matanya, “Bukankah aku lebih menarik ketimbang sungai itu? Cobalah untuk menggambarku,” kata Baekhyun, membuat Hana tersenyum lebar, lalu menurunkan kertas nya di atas pangkuannya.
“Sungguh? Apa kau mau?” tanyanya dengan rasa tertarik.
Baekhyun mengangkat bahunya lalu tersenyum, “Cobalah.” Hana membalasnya dengan tersenyum kecil, dan mengalihkan pandangan matanya pada kertas yang ada di pangkuannya.
Untuk beberapa saat keheningan terjadi.
Hana menolehkan kepalanya untuk melihat Baekhyun yang sedang memejamkan matanya. Mereka memutuskan bertemu di sungai Han dan hang out bersama. Saat Baekhyun duduk di sampingnya, Hana menyuruhnya untuk menutup matanya sebentar untuk dia lukis(gambar). Hana ingin melakukan sesuatu yang sudah lama tidak dia lakukan, yaitu menggambar sketsa karena itu adalah hobinya sejak kecil, tapi karena bertambahnya usia dan kesibukan dalam kehidupannya, dia melupakan tentang hal itu.
Ada tujuan lain untuk menyuruh Baekhyun menemuinya di sungai Han, yaitu dia ingin melakukan pengakuan. Tapi secara bersamaan dia sedang berdebat secara mental apakah dia harus mengutarakannya ataukah tidak. Keberanian yang tiba-tiba dia rasakan muncul karena kenyataan yang beberapa hari ini dia rasakan terhadap Baekhyun, seorang laki-laki yang bukan siapa-siapa, orang asing yang tiba-tiba saja masuk ke dalam kehidupannya secara tidak di sengaja. Ini mungkin karena rasa bahagia yang dia rasakan saat ini. Hanya Baekhyun, dia dan sungai Han. Ada kehangatan sinar matahari dan kehadiran laki-laki itu yang membuatnya merasa tenang.
Hana menyukai semua ini. Dan sesuatu dalam dirinya membujuknya untuk melakukan sesuatu. Melakukan sesuatu untuk mengamankan semua ini. Walaupun sebuah pengakuan bukanlah mengamankan semua ini, dia merasa seolah lebih baik membagi perasaannya selama dia masih bisa.
Menarik napas dalam-dalam, dia mulai menggerakkan pencilnya di atas kertas sketsanya dan mulai menggambar profil Baekhyun yang ada di depannya. Untuk beberapa menit keheningan terasa antara mereka berdua, hanya suara desiran angin yang tertiup dan suara sekeliling mereka. Beberapa menit berlalu, Hana menaruh kertas sketsa dan pensilnya. Dia mencondongkan tubuhnya lebih dekat untuk melihat apakah Baekhyun tidur ataukah tidak. Dan untungnya benar. Dan walaupun wanita itu positiv ingin membuat pengakuan, pengakuan langsung kelihatannya terlalu berani baginya. Hana bukanlah wanita yang berani seperti itu.
Sambil menelusuri lekuk wajah yang damai itu, dia masih tidak tahu bagaimana dia harus membuat pengakuan. Haruskah menulis surat padanya? Ataukah membangunkan saja dia dan membisikinya?
Jujur saja, dia tidak punya petunjuk atas semua itu.
Hana mengerang dalam diam. Momen seperti ini, dia benar-benar berharap menjadi sedikit lebih berani. Dia berharap bisa mengutarakan tiga kata yang ingin dia bagikan dengan mudah.
Bukankah itu konyol? Dia sudah cukup memilki keberanian untuk mengaku, tapi sedikit kurang untuk melakukannya langsung.
Dia menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkannya sebelum dia melihat kembali hasil sketsanya. Dia memejamkan matanya sebentar untuk mengumpulkan keberanian, dan sampai akhirnya, dia menepuk pundak Baekhyun untuk membangunkannya. “Baekhyun.” Gumamnya dengan lembut, dan mata laki-laki itu perlahan terbuka.
“Huh?!” Baekhyun mengerjap beberapa kali dalam kebingungan, melihat sekeliling. “Apa aku tertidur? Oh, sorry!”
Hana tersenyum, “It’s okay, mungkin kau merasa lelah, atau bosan mungkin.” Gumamnya hampir tidak terdengar.
“Sudah selesai?” tanya Baekhyun, menolehkan wajahnya untuk melihat wanita itu, sementara itu Hana hanya menganggukkan kepalanya pelan. “Boleh aku melihatnya?” pintanya, mengulurkan satu tangannya pada kertas sketsa di tangan Hana.
Hana mencengkeram kuat kertas itu, seolah dia tidak ingin memberikannya pada Baekhyun. Dalam pikirannya hanya ada ‘bagaimana jika’. Hana berpikir bagaimana jika Baekhyun akan mengabaikannya setelah dia melihat sketsa itu? Apa yang akan dia pikirkan setelah membaca tiga kata yang tertulis di kertas itu? Apa dia akan menganggap Hana adalah wanita yang mudah sekali jatuh cinta hanya dalam beberapa pertemuan saja? Ini gila, tapi dia harus melakukan selagi dia bisa.
Baekhyun yang melihat reaksi Hana hanya memberinya tatapan tanya. Dia menarik kembali tangannya dan di letakkan pada bangku. “Apa tidak boleh?” Baekhyun bertanya lagi, tatapannya sendu.
Hana langsung menggelengkan kepalanya cepat, mengibaskan tangannya memberi gestur penolakan. “Bukan –bukan begitu.” Kata Hana, wanita itu menundukkan kepalanya, melihat sketsa itu lagi. “Hanya saja –“
“Hanya saja apa?” tanya Baekhyun penasaran.
“Hanya saja –“ dia berhenti sebentar, menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya dia melanjutkannya dengan ragu. “Sketsaku buruk, kau pasti tidak menyukainya.”
Mendengar itu, Baekhyun cekikikan dengan ringan, “Yah, Hana! Kenapa kau berkata seperti itu? Aku bahkan belum melihatnya? Bagaimana bisa aku mengatakan jelek jika aku belum meli –“
Kalimatnya terpotong karena tindakan Hana yang tiba-tiba saja menyerahkan kertas itu padanya. Hana menyodorkan kertas itu dan menaruhnya di pangkuan Baekhyun.
“Jadi aku boleh melihatnya?” tanya Baekhyun, tersenyum sambil tangannya meraih kertas itu dan Hana hanya mengangguk pelan.
Pandangan mata Baekhyun beralih menatap kertas yang ada di tangannya. Matanya membelalak lebar, napasnya berhenti untuk sesaat, dan senyum yang terpasang pada wajahnya beberapa detik sebelumnya hilang entah kemana.
I knew it! Stupid Hana, kenapa kau lakukan hal ini? Aku tahu reaksinya pasti akan seperti itu.
“Aish.” Hana mendesis mengutuk dalam hati atas kebodohannya. Dia menundukkan kepalanya tidak tahan melihat reaksi Baekhyun yang seperti itu.
“I love you!” itulah yang tertulis pada kertas sketsa itu. Melihat tiga kata itu, entah kenapa detak jantung Baekhyun meningkat dua kali lipat, tubuhnya menegang dan aliran panas mulai terasa mengalir ke seluruh tubuhnya. Rasa ini pernah dia rasakan saat pertama kali dia bertemu dengan cinta pertamanya. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya, menolak reaksi yang dia rasakan pada tubuhnya. ‘No, it shouldn’t happent to me. I loved Taeyeon’.
Keheningan canggung menyelimuti mereka berdua untuk beberapa saat, sebelum akhirnya Baekhyun berdehem, memecahkan keheningan itu, dan berkata. “Bagus.”
“Nde?” Hana terkejut, mendongakkan kepalanya untuk menatap kearah Baekhyun.
“Gambarmu bagus.” Ulang Baekhyun, tanpa melihat ke arah Hana. Sepertinya dia menghindari kontak mata Hana.
“Thank you.” Aish, kenapa menjadi canggung seperti ini?
Keheningan sekali lagi terjadi, dan kali ini benar-benar parah. Mereka saling diam dan tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing. Hana menundukkan lagi kepalanya, memainkan pensil yang di pegangnya. Di pihak lain, Baekhyun juga menundukkan kepalanya, matanya tertuju pada kertas sketsa yang di pegang, seolah ada sesuatu yang menarik baginya. Walaupun Hana tidak melihatnya, dia mendengar Baekhyun mendesah dengan berat.
Kali ini, Hana memecahkan keheningan canggung dengan berdehem pelan, dia menarik napas dalam dan menghembuskannya sebelum dia berkata, mendongak dan menatap Baekhyun. “Baekhyun.” Panggilnya.
“Hmm?” gumamnya tanpa menoleh.
Hana menggigit bibir bawahnya, gugup. “Aku ingin bicara sesuatu.”
“Bicaralah.” Kata Baekhyun, masih tetap pada posisinya.
Hana menghela napas, “Okay, okay, umm…sebenarnya aku tidak menyiapkan apapun….”
Baekhyun menoleh, menautkan kedua alisnya, “Apa?”
“Saat para gadis…mengaku padamu ..mereka memberimu surat, coklat-coklat atau semacamnya…..well, aku akan mengaku dengan cara yang sederhana….”
“Hana –“ Baekhyun menatap lurus pada matanya.
“Biarkan aku bicara dulu,” Hana mencoba untuk menghindari tatapan mata Baekhyun, “Aku tahu,” terusnya sambil memainkan pencilnya, “ Ini memang sangat sangat sangat salah, SANGAT SALAH KARENA MENYUKAIMU,” Hana mendesah, “Yes, Baekhyun, i do like you so much. Every second in my life i can’t stop remove you in my mind. Aku menyukaimu sejak…..” Hana mendesah lagi, “Sejak pertemuan kita pertama kali tapi aku takut mengakui diriku waktu itu.”
“Dan lalu …”
“Aku tahu bahwa ….” Hana menelan salivanya, sedikit gugup, “Kau mencintai seseorang sampai sekarang. Tapi kau pernah mengakatakan bahwa tidak ada peraturan yang tidak memperbolehkan menyukai seseorang yang menyukai orang lain, kan? Aku tidak bisa mengubah hatiku begitu cepat seperti itu. Kadang aku ingin membunuh rasa kegugupan dalam diriku saat kau disekitarku, jantungku berdetak dua kali lipat sampai aku berpikir aku memiliki serangan jantung. Aku tidak pernah merasakan perasaan ini sebelumnya, kuakui itu. Tapi mendengar dari pengalaman orang-orang yang sedang jatuh cinta, seperti itulah yang kurasakan. So in general, Byun Baekhyun … i like you very very much.”
“Hana ….”
“Please don’t say a word.” Hana menggeleng-gelengkan kepalanya memberi gestur pada Baekhyun untuk tidak melakukannya. Hana mulai bangkit dari tempat duduknya, mencondong lebih dekat pada Baekhyun untuk meraih kertas yang ada di tangannya. Dia ingin membuang kertas itu, tapi Baekhyun menahan tangannya.
“Apa yang kau lakukan?” tanyanya tetap menahan tangan Hana.
“Aku ingin membuangnya.” Jawab Hana, menarik kertas yang di pegang Baekhyun tapi tidak berhasil.
“Jangan buang, aku ingin menyimpannya.” Mendengar kata-kata Baekhyun, ada desiran aneh dalam dada yang dia rasakan. Hana berasumsi lain pada kata-kata itu. Maybe, just maybe, someday he’ll love me back. Seperti itulah yang ada di kepala Hana.
“O –okay,” kata Hana ragu, tangan mereka saling lepas. “Aku …aku akan … pergi.” Hana terbata-bata. Dia membalikkan tubuhnya dan mulai melangkah meninggalkan tempat itu, tapi dengan cepat Baekhyun menarik pergelangan tangan Hana sehingga membuatnya berhenti di tempat dan membalik tubuhnya setengah, berkata dengan menautkan kedua alisnya. “What?”
Baekhyun menatap lurus pada matanya, “Take care.” Katanya dengan lembut.
Hana tersenyum ringan, “I will. See you later, Byun Baekhyun.”
TBC
Aish! Berantakan, beneran. Beginilah kalau ide dipaksa untuk muncul. But whatever, please leave your comments guys, saran n kritiknya juga boleh. Dan maaf atas otak kemesumanku ini kekeke…. tapi nggak mainstreem amat, kan? Okay, thank you …..
Wah gawat pagi2 udah di bikin gerah nihhhh first comment yeaaahhhhh 😄
Harapan dehh semogaa cepet di bereskann
Sangattt di tungggu pokoknyaaa
Semangat semangat author 😚 ❤❤
LikeLike
semangat! semoga minggu ini udah selesai, wish me luck, okay…..
LikeLike
kurang panjaaaaaannggg
hhheee
LikeLike
ini kan belum selesai dear….
LikeLike
Wahaha lagi mroduksi anak. Yaaaah baekhyunnya gak ada muncul 😦
LikeLike
iya, tuh pasutri lg ngebet buat anak wkwkwkwk……byun?ntar, tunggu aja, dia munculnya di akhir
LikeLike
helleh….
disaat baca enak” malah ada UNFINISHED
haaaah…
y sudahlah.. di tunggu kelanjutannya
fighting eonni…
LikeLike
fighting! kurang 25 % lagi
LikeLike
Lanjut kak, fighting!
LikeLike
thank u 🙂
LikeLike
Uwahhh pendek banget yah authornim, hihihi
astaga itu si tiang nganu sama istrinya, sekalian aja 12 buat tim sepak bola sendiri, wakakakka
jangan-jangan CEO baru itu baekhyun lagi, woahhhh semoga iya yah authornim, hahahaha
disini gak ada moment baekna yah authornim, tapi sumpah itu nanggung banget kenapa tbc tidak tepat sekali, penasaran siapak CEO baru itu, huwaaa ditunggu next chapnya authornim semangat^^
LikeLike
chap ini belum selesai dear, ada kata unfinished, kan? so di tunggu komplitnya, oke?thx udah baca n komen
LikeLike
Di awal cerita udh dbikin dag dig dug seerr~ dgn adegan yg nganu hehhee ..
Seperti’ny mr.baek punya perasaan juga sama hana tp dy sprti’ny mncoba mengenyahkn perasaan ntu krna sehun. Betul kg kak?? *sok tau yah aku* hahhaa 😀
Good kak, tapii sdkit ada typo dsana sinii hihhii tp untung’ny aku bisa mengerti 🙂 thank’s for tag n’ seMangatt …!!
LikeLike
thanks 🙂 typo everywhere wkwkwkwk…. ntar dibenerin deh, thanks again
LikeLike
Akhirnya complete juga ya kak.. Wah, kayaknya bakalan complicated bgt kisah cinta Baek-Hana. Menurutq dua2nya emang udah jatuh cinta, cuma Baeknya keras kepala dan blm mau ngakuinnya. Ntar kayaknya mereka ketemu di kantor deh, trus jadi cinta segi banyak sama Sehun, haha sotoy akunya… Taeyeon blm pernah muncul kak? Kan seru tuh ntar pada ribut2, anarki bgt aku, oke deh, lanjut kak
LikeLike
thanks udah baca n komen 🙂
LikeLike
serasa nggantung kaak..
di tunggu kelanjutannya ya..
jangan lama” ya..
hehehe
fighting…
LikeLike
thank you 🙂
LikeLike
huaaaaaa awal2 nya kok? njirr aku malah ngakak, hahaha NC 21 tuuuhhhhh bahaya chanyeol mau bikin tim bola/?
lah bukannya chanyeol pacarnya taeyeon yg nggebrak apartemen hana waktu itu? atau cuma ingatan aku aja yg labil? mungkin cuma karna efek chanyeol dicantumin di cast jadi aku mikir gitu? -3-
jadi sehun tau ya klo mau kencan buta sama hana? wahwah, tiati loh baek ntar nyesel loh nggak mau ngakuin perasaan nya giahahaha *ketawa jahat
ini hana blom tau yah klo baekhyun tuh CEO nya? apa gimana? gimana ntar reaksinya klo tau baekhyun tuh ternyata atasannya? ah gawat, konfliknya serem bah nggak mau ngebayangin aku -3-
nasibnya sehun ntar gimanaaaaaa? T-T
duh nih ff bikin baper, sejak jaman rumor baekhyun taeyeon pacaran.. huaaa mewek
thanks for tag, yaaa… meskipun lamaaaaaaa baru muncul lagi kelanjutannya hahaha… fighting..
LikeLike
thank u, chap 1 kan udah di jelasin kalo shin hyejin tuh istrinya cy. and pastinya akan ada konflik. sorry, ff ini emang agak lama, super lama banget, tapi skrng kuusahain deh nggak lam2 amat, just wish me luck semoga idenya muncul terus 🙂 thanks again ❤ ❤ ❤
LikeLike
Wah sehun gmana dong….baek gak nolak gak terima jga..
LikeLike
baek masih mikir2 tuh, thx udah baca n komen 🙂
LikeLike
Bagus kok kak. Aku suka.
Next di tunggu kak.
LikeLike
oke thx
LikeLike
Oh my god bkin aku merinding bcanya😱😱 baek I hope you knw about your feel,don be late baek😁😁😁
LikeLike
Ka tujuan adanya teaser itu apa si?
Keknya pas part akhir itu udh muncul sebelumnya ya d teaser? Pas baca aku jadi males gimana gt. Soalnya udh baca d teasernya.
LikeLike
kadang teaser itu ide yg muncul duluan. kadang part akhir, kdg part tengah ato kdg part awal, itulah maksudku memasukkan teaser, berharap ide itu kagak ilang so kutulis aja duluan sbg teaser, dan kadang fullnya tuh lama banget 🙂 gitu penjelasannya
LikeLike
Bakalan jadi cinta segi 3 mungkin segi 4 kalo tae nya muncul kasian sehunnya yg lebih tersakiti kalo tau hana suka baek sedangkan baek suka tae
maaf telat baca nya uc nya baru bener beberapa minggu ini tp baru sempet baca sekarang karna baru libur kuliah
LikeLike
it’s okay, thanks 🙂
LikeLike
Owhhh….udah Mengatakan perasaannya langsung ke baekhyun chieee…gk semua cewek berani lhooo…daebak deh hana
LikeLike
that’s her, dia langsung to the point, thanks again for commenting 🙂
LikeLike
baekhyun bingung
LikeLike